" JANGAN PERNAH LUPA... GLOBAL WARMING TELAH SIAP MENGHANCURKAN BUMI INI !!!!
Have a nice day.....but don't ever forget to take a look around
.......there's must be somebody or something needs you.....

.......let's check it out.
Showing posts with label manual kehidupan. Show all posts
Showing posts with label manual kehidupan. Show all posts

Wednesday, February 17, 2010

Kekerasan Psikis : Luka Kecil di Hati si Kecil Meski Tak Tampak Tapi Menyakitkan

Banyak anak yang malah merasa senang dan nyaman ketika orang tuanya tidak berada di rumah....
Banyak orangtua yang menilai anak-anak zaman sekarang sudah tidak memiliki tata krama dan rasa hormat kepada orangtua-nya, mungkin sebaiknya para orangtua itu menilik kembali bagaimana intensitas hubungannya dengan anak-anaknya, pola asuh, pencontohan sikap dan pembangunan karakter anak sejak kecil.

"MAH, bacain ini mah" Sore itu Sisi (4 tahun) merengek pada minta dibacakan buku cerita kepada mamanya. Mamanya baru turun dari mobil, pulang dari kantor dan tampak suntuk dan kelelahan menolak permintaan Sisi.
"Nanti malam saja ya sayang, mama mau istirahat dulu".
"Nggak mau, nggak mau, sekarang..." Sisi terus merengek sambil menarik-narik rok mamanya yang sedang merebahkan diri di sofa. Sisi terus merengek, dan sang mama diam saja tidak menjawab. Sisi tetap tidak berhenti merengek, hingga mamanya berteriak keras, " Sisi..!! bisa diam tidak!! Mama jewer kamu nanti, mama lagi pusing, sana sama bibi, denger nggak mama bilang apa...sana...!!"

Sangat wajar emosi memuncak ketika hati sedang tidak nyaman, pikiran suntuk, stres beban pekerjaan dan capek, masih ditambah lagi dipancing oleh rengekan anak yang membikin tambah pening. Sisi memang salah, tapi bagaimanapun dia adalah balita yang belum bisa melihat realita. Sisi mungkin kemudian menurut dan diam tapi kita tidak pernah tau ada apa dibalik pikiran dan hatinya ketika itu. Anak bisa menyimpan dendam dan rekaman kejadian dalam alam bawah sadarnya, dan akumulasinya akan bermuara pada karakter, sikap, dan cara menyelesaikan masalah secara tidak tepat.

Yang perlu diperhatikan juga adalah kebiasaan dan cara pembantu, pengasuh atau baby sitter di rumah ketika orang tua sedang tidak berada di rumah, terutama para pengasuh yang kurang berpengalaman dan tidak mendapat pelatihan yang baik, sering memakai kata-kata bernada tinggi dan gertakan atau gerutuan ketika telah kehabisan cara dalam menghadapi anak yang rewel dan merengek atau ketika anak tidak berhenti menangis.

"Tapi aku nggak suka main piano yah..." Vino (11 tahun) memprotes keputusan ayahnya yang tiba-tiba telah mendaftarkannya ke sebuah les piano. "Vino, sini, dengarkan ayah, les piano bagus untuk Vino, anak-anak teman ayah juga banyak yang ikut les piano, dan mereka sekarang sudah bisa ikut festifal kemana-mana, ayah mau Vino seperti itu ya, ayah nggak mau dengar lagi, pokoknya Vino harus mau", kata ayah Vino memberi alasan.
"Tapi Vino kan sudah pernah bilang ke ayah, Vino kan pengen kursus karate yah... "
"Buat apa karate karate segala, nggak perlu itu"
"Tapi yah, aku nggak mau.."
"Vino!!..!, ayah sudah ambil keputusan, pokoknya tiap Selasa dan Kamis sore ayah akan antar kamu ke les piano, titik."

Setiap anak memiliki hak untuk ikut serta dalam menentukan keputusan yang menyangkut dirinya. Meski anak-anak adalah manusia baru, tetapi di sisi lain itu bukan berarti mereka tidak tahu apa-apa, mereka juga membutuhkan ekspresi pemikiran dan penyampaian pendapat. Anak-anak secara alamiah memiliki keinginan sendiri dalam hidupnya, mereka memiliki hidup dan dunianya. Sayangnya tanpa sadar kita sering menginginknan anak-anak menjadi apa yang kita mau karena ego kita, gengsi kita ketika melihat anak teman bisa melakukan banyak hal, dan berprestasi. Kita sering terjebak keinginan dan impian sendiri, dan celakanya lagi tanpa disadari anak kita menjadi sarana pemuas pencapaian keinginan kita demi kebanggaan dan gengsi.

Kalaupun mungkin keinginan anak tersebut benar-benar tidak tepat atau membahayakan dirinya maka bukan sebuah gertakan dan pemaksaan yang menjadi jawabannya. Anak yang pendiam, pemurung adalah indikasi kekerasan psikis yang berhubungan dengan emosi ini, pada tingkat yang lebih jauh anak akan menjadi seorang pemberontak bahkan demonstrator yaitu selalu menunjukkan penolakan dan konta pendapat dengan orang tuanya dalam rangka menunjukkan protes. Tapi bukannya simpatik yang didapat si anak, yang ada anak malah semakin berada dalam posisi dipersalahkan dan dianggap bandel. Kebanyakan orang tua tidak menyadari bahwa sikap memberontak anaknya itu adalah rangkaian dari kekecewaannya yang terdahulu.

Boni (8 tahun) dimarahi habis-habisan oleh ayahnya karena memecahkan vas bunga saat dia bermain bola di ruang tamu, begitu ayahnya tahu, tanpa dialog pembuka terlebih dahulu, , langsung saja berbagai kata kasar keluar dari emosi sang ayah. Boni hanya diam dan tertunduk, tapi tahukah sang ayah apa yang ada dalam pikiran Boni ketika dia tertunduk? Ketakutankah? Rasa dendamkah? Kebingungankah?

Lalu pelajaran apa yang didapat dari omelan itu, akankah mereka kemudian akan berbuat sopan dan disiplin? Ya, tapi disiplin yang muncul adalah disiplin karena rasa takut, bukan disiplin karena kesadaran dan pemahaman. Suatu ketika mereka berbuat kesalahan lagi dan tanpa adanya saksi yang melihat akankah mereka akan berani mengakui kesalahnnya?

"Aduh gimana nih aku nggak sengaja mecahin guci, aduh sebaiknya aku ngaku nggak ya? bilang nggak ya? ketahuan nggak ya? eemmm...dulu aja cuma mecahin vas dimarah-marahinin dan dihukum ayah sampai berhari-hari, ah mending diem aja ah, ngapain juga mengaku, ntar aku dimarahin lagi, biarin aja ah..." Itu adalah apa yang ada dalam pikiran Boni atau anak-anak lain sebagai efek trauma hukuman yang tidak tepat. Mereka akan belajar berbohong demi menyelamatkan diri, dan inilah pelajaran yang mereka petik itu, sebuah pelajaran yang sangat beresiko tinggi jika kelak terbawa hingga dewasa.

Anak-anak adalah manusia baru, jika mereka berbuat kesalahan bukan berarti mereka bodoh, tolol, atau tak tahu diri. Mereka butuh bimbingan untuk memilih cara yang tepat dalam menyelesaikan masalah. Berdialaog baik-baik, tentu dialog ini disesuaikan dengan usia anak, duduk bersama dan biarkan anak-anak menceritakan kejadian atau kesalahan yang baru dilakukannya. Poin pentingnya adalah hargai dan beri pujian ketika anak bisa menceritakan kesalahannya, besarkan hatinya ketika anak mau mengakui kesalahan, lalu stop mengungkit ungkit kesalahan anak yang sudah berlalu. Berikan konsekuensi yang tepat, mendidik serta tetap menempatkan anak dalam posisi yang terhormat, maksudnya bahwa konsekuensi atau hukuman yang diberikan jangan sampai menjatuhkan mental dan kepercayaan diri anak, seperti disuruh berdiri di halaman rumah, dikunci di luar rumah atau hukuman lain dengan cara yang memalukan. Bahkan hingga saat ini, di sekolah pun masih banyak penerapan hukuman yang membuat anak tersiksa secara psikis, dijemur di bawah terik matahari atau membersihkan kamar mandi, ketika dia tahu teman-temannya melihat dia dihukum dan teman-temannya pun menertawakannya maka hukuman itu akan menjadi luka hati yang parah dan berbekas dalam waktu lama.

Luka hati yang membekas lama juga sering dialami oleh anak yang sering dibanding-bandingkan dengan sepupu atau anak tetangga yang kebetulan berprestasi lebih bagus. " Tuh kan Alya aja selalu dapat rangking satu terus, kamu ini selalu bikin ibu malu, nilai apaan ini rangking sepuluh besar aja nggak pernah bisa, ah memang dasar kamu itu...." Demikian kalimat yang selalu di dengar Ani (12 tahun), kalimat yang selalu muncul dari mulut ibunya setiap kali penerimaan raport dan membandingkannya dengan Alya teman sekelasnya yang kebetulan rumahnya juga berdekatan.

Ani memang sedikit lambat dalam memahami pelajaran, bukan karena tidak mau belajar, tapi kemampuannya memang sebatas itu. Banyak anak yang seperti Ani, sedikit kurang beruntung karena kemampuan otak yang memang berbeda-beda pada tiap manusia, banyak faktor yang mempengaruhi, seperti gizi atau bisa jadi adalah kekurangan yang merupakan bawaan sejak lahir. Anak yang merasa gagal sebenarnya sudah tertekan dengan kegagalannya sendiri tapi masih ditambah lagi dengan penjatuhan mental yang merupakan pelapiasan kekecewaan dari orang tuanya, dengan penyebutan atau labelling misalnya dengan kata dasar malas atau anak bodoh. Labelling hanya akan menyebabkan perilaku dan sikap yang lebih parah, labelling bisa menimbulkan anggapan kepalang tanggung atau terlanjur basah, "toh aku sudah dijuluki anak bodoh ngapain juga aku belajar kan sama saja." Belum lagi timbul perasaan dendam dan kebencian yang tidak disadari tumbuh perlahan terhadap anak yang selalu dijadikan bahan perbandingan dengan dirinya. Ani tanpa sadar bisa menaruh kebencian kepada Alya, padahal Alya tidak bersalah.

Kemudian yang perlu selalu dipahami bahwa kita harus melihat anak dengan perspektif Multiple Intelligences, setiap anak selalu memiliki potensi kecerdasan masing-masing, termasuk di dalamnya antara lain kecerdasan musikal, spasial, interpersonal maupun intrapersonal. Multiple Intelligences ini sama sekali tidak diukur hanya sebatas melalui nilai raport.

Anak butuh support, dan bentuk support yang paling sederhana tapi membuat anak memiliki rasa percaya diri adalah pujian dan reward. Jangan pelit memberikan pujian kepada anak, sekalipun pencapaiannya belum maksimal, tapi berikan pujian atas usahanya. Lalu reward atau hadiah adalah sangat penting bagi anak, tentu disesuaikan sebatas pencapaiannya. Berbicara mengenai reward, kita sering lupa bahwa kebutuhan anak adalah disayangi dan wujud rasa sayang itu, bisa berupa pelukan, ciuman sayang, dan belaianpun bisa menjadi hadiah yang sangat berkesan bagi anak.

Kekerasan psikis tidak banyak kita sadari telah kita lakukan pada anak-anak kita, anak didik ataupun anak-anak disekitar kita. Sekali lagi harus dipahami anak adalah manusia baru yang masih belum banyak tahu apa-apa didalam kehidupannya, hal ini jarang disadari dan membuat kita terlalu berlebihan ketika mereka berbuat kesalahan. Anak anak belajar dari dunia di sekelilingnya, meniru, ikut-ikutan dan menjiplak apa yang dilihat dan didengarnya. Anak-anak betindak hanya berdasakan kesenangan, dan memang seperti itulah dunia anak-anak.
(also published at www.eccd-rc.blogspot.com).


Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Monday, October 5, 2009

Kesulitan....



klik di sini untuk melihat video di atas melalui youtube

GAMBARAN sederhananya barangkali seperti dalam sketsa video itu ya, kita sering menggerutu, marah, sampai memaki-maki, jika ada sesuatu kesulitan yg menghambat. Padahal hambatan atau kesulitan itulah yang suatu saat ternyata malah akan menyelamatkan kita.

Atau bahkan lebih dari itu, karena pada beberapa orang yang luar biasa, sebuah hambatan bisa menjadi prestasi yang mengagumkan, seperti apa yang telah dilakukan orang-orang luar biasa dalam sketsa video berikut....




klik di sini untuk melihat video di atas melalui youtube

Sungguh, benar-benar luar biasa sekali ya....
Mungkin sketsa video tersebut tidak terlalu asing lagi bagi kita, dan berkali-kali pula di berbagai kesempatan menyaksikan itu, termasuk saya. Tetapi semakin sering menyaksikannya, semakin saya sendiri tidak tahu harus bagaimana menyikapinya, harus tersenyum kagum atau menangis....
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Tuesday, July 7, 2009

If Tomorow Never Comes....

SEBUAH kalimat yang saya kutip dari judul salah satu lagu milik Ronan Keating yang liriknya mengkisahkan sesuatu yang sangat mungkin bisa dilihat dan dimaknai dari berbagai macam sisi dan sudut pandang, tergantung dari bagaimana kita memahaminya.

Inti pesan lagu itu, meski dalam konteks kebalikannya, hampir serupa dengan cerita tragis mengenai seorang ibu yang saya kutip dari tulisan Ibnu Abdul Qodir Assegaf berikut ini, yang telah sedikit saya edit agar lebih ringkas tanpa mengurangi makna cerita. Mungkin bagi sebagian orang cerita ini sudah sangat familiar, namun semoga tetap bermanfaat.

Seorang ibu, Rani namanya, dengan kesibukan luar biasa. Wanita itu nyaris tiap hari terbang dari satu kota ke kota lain, dari satu negara ke negara lain. Tidak jauh beda dengan suaminya..... suami Rani ini adalah seorang yang sangat penting di perusahaannnya dan hampir tidak pernah mencium bau rumah. Mereka memiliki seorang anak, Alif namanya, usianya 3 tahun. Sejak baru lahir hingga seusia itu Alif lebih banyak menghabiskan waktu bersama Tante Mien, dialah baby sitter yang setia mengasuh Alif dari pagi sampai malam, dengan begitu Rani tinggal mengontrol dan memantau Alif melalui telepon. Beruntung mereka, Alif tumbuh menjadi anak yang lincah, cerdas dan tidak terlalu rewel ketika sering ditinggal ayah bundanya serta gampang diberi pengertian. Salah satu contohnya adalah ketika Alif meminta seorang adik kecil. Kala itu Rani dan suaminya cukup terkejut dengan permintaan itu, tapi apa mau dikata kesibukan yang luar biasa membuat mereka kembali menagih pengertian Alif agar memahami keadaan ayah bundanya itu, dan Alif ini ternyata seorang anak yang sungguh istimewa, dia tidak merengek lagi, padahal hampir setiap hari dia kerap menjumpai kepulangan kedua orang tuanya setelah larut malam, dan harus berpisah lagi ketika pagi belum sepenuhnya habis.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitternya. "Alif ingin bunda yang mandiin..." ujarnya dengan tatapan polos seorang balita yang penuh harap. Karuan saja Rani yang terbiasa berkejaran dengan waktu dan sangat memperhitungkan tiap detik itu menjadi gusar. Dengan tangannya yang hampir tidak pernah lepas dari ponsel sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya Rani menolak permintaan Alif. Tak seperti biasanya, kali ini Alif benar-benar merengek. Suami Rani pun tak ketinggalan ikut membujuk Alif agar mau dimandikan Tante Mien, baby siternya itu. Setelah cukup lama dibujuk akhirnya Alif menurut juga, meski dengan wajah cemberut kecewa.
Bukan cuma sehari itu saja, rengekan Alif berulang lagi di hari-hari berikutnya, setiap pagi Alif merengek terus, hingga sampai sepekan rengekan itu masih terus berulang. "Bunda, mandikan aku !!!", kian lama suara Alif semakin penuh tekanan. Namun Rani belum juga menyempatkan diri memenuhinya, Rani dan suaminya berpikir itu mungkin karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah yang biasa dialami pula oleh anak-anak seumurnya. Lagi-lagi dengan memendam kecewa Alif menerima juga penolakan ibunya yang segera pergi ke kantor meninggalkan dirinya yang masih cemberut di depan pintu.

Sorenya, Rani yang sedang berada di luar kota dikejutkan oleh telepon baby sitternya yang mengabarkan Alif demam, badannya kejang-kejang. Alif langsung dibawa ke Rumah sakit sore itu juga. Malamnya Rani baru tiba di rumah sakit. Dengan pikiran yang campur aduk, dan satu-satunya keinginannya adalah memenuhi permintaan Alif yang ingin dimandikannya. Sebenarnya setelah selama sepekan mendengar rengekan anaknya itu Rani sudah menyimpan komitmen merencanakan bahwa besok pagi dia akan menghabiskan hari bersama Alif, memandikannya, dan berencana mengajaknya jalan-jalan dan bermain di taman.

Sampai di ruang UGD, Rani langsung terduduk lemas. Allah berencana lain, semuanya telah terlambat, balita mungil yang lucu itu kini telah terbujur kaku. Alif telah dipanggil oleh-Nya.

*****

Esok siangnya, Rani benar-benar mewujudkan permintaan Alif, meski Alif kini tinggal tubuh kecil yang terbaring kaku tak bernyawa. "Ini bunda nak, bunda mandikan Alif ya sayang..." ucapnya lirih sambil berkali-kali menciumi dahi dan pipi jasad anaknya itu, di tengah jamaah pelayat yang terdiam sunyi. Satu persatu rekan-rekan Rani yang dari tadi mendampingi disampingnya mulai menyingkir, berusaha menyembunyikan tangis haru.

Ketika cangkul demi cangkul tanah merah makin mengubur jenazah Alif, Rani masih berusaha tabah menahan isak tangis dalam pelukan suaminya. Wajahnya pias, tatapannya kosong, dadanya penuh sesak.

Tanah merah kini telah benar-benar penuh mengubur balita mungil itu, para pelayat mulai meninggalkan pemakaman. Rani masih berdiri di samping pusara, hening, sepi, angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang makin tercium tajam. Tiba-tiba Rani berlutut. "Aku ibunyaaaa!!!" seru Rani histeris, tangisan Rani makin meledak. "Bangun lif, banguuun, bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan bunda sekali saja nak, sekali sajaaa, Aliiif banguuun lif...." Rani merintih mengiba sambil tertelungkup memeluk gundukan tanah yang telah mengubur jasad anaknya, air matanya tumpah membanjiri tanah yang masih merah dibawah langit senja yang makin remang.

Hmm... mungkin itu sebuah cerita yang mengaduk perasaan, terlebih bagi yang pernah menyaksikan atau bahkan mengalami keadaan serupa.

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Munafiqun : 11)

Jika ada orang yang berkata bahwa penyesalan selalu tidak ada gunanya, mungkin jika kita bisa lebih bijak memaknainya maka sebuah penyesalan sesungguhnya sangat berguna sekali, asalkan kita mampu meng-konversi-nya menjadi suatu monumen pengingat agar hari ini menjadi lebih baik dari hari kemarin sehingga kita selalu siap lahir batin if tomorow never comes....

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (Al A'raf : 34)


Wah jadi teringat salah satu seruan penutup dalam suatu training motivasi marketing sekitar dua tahun lalu ; "Come on guys !!!... the winner doesn't have time to doubt, let's do it now... or never...."

Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Wednesday, May 13, 2009

Anak Kecil Itu Mengajariku Sesuatu....

BEBERAPA hari yang lalu, melewati sebuah jalan di Kotagede, Jogja. Saya menghentikan kendaraan di pinggir jalan karena tiba - tiba handphone berbunyi, sebuah telepon masuk dari seorang saudara. Tidak lama, hanya beberapa menit saja.

Belum sempat handphone kembali masuk ke dalam saku, agak jauh diseberang jalan saya melihat seorang anak kecil perempuan, mungkin usianya sekitar tiga atau empat tahun, dia terjatuh, tertelungkup, sepertinya tersandung sesuatu. Sebenarnya selama menerima telepon tadi, saya sudah memperhatikan anak itu sejak dari kejauhan, dia berjalan sendirian dengan irama jalannya yang lucu dan belum sempurna itu, sambil menikmati es krim ditangannya. Dan es krim itu pun kini telah jatuh ke tanah.

Hampir saya beranjak menghampirinya, tapi kemudian saya urungkan niat itu. Karena tiba-tiba dia langsung berdiri lagi, tidak menangis.... tidak tampak kesakitan sama sekali. Mengibas-ibaskan pakaianannya dengan kedua tangannya, membersihkan lututnya yang kotor tekena tanah dan tidak hanya itu.... karena anak itu lalu memungut kembali bungkus es krim yang jatuh di depannya...., saya sempat khawatir jangan-jangan dia mau memakannya lagi, tapi ternyata tidak, dia berjalan beberapa meter menuju sebuah tong sampah... dan kemudian.... membuangnya.

Seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya, kini dia berjalan lagi. Hanya kali ini dia setengah berlari berjingkat sambil sesekali berhenti membetulkan sandalnya yang berkali-kali hampir terlepas dari kaki kecilnya itu, saya masih memperhatikannya sampai dia menghilang di tikungan dan selepas itu baru saya merasakan di bibir saya telah tersungging senyum kecil, entah untuk apa senyum itu, untuk kelucuanya, untuk rasa terkesan saya, atau untuk sebuah pelajaran yang baru saja dia berikan pada saya, secara tidak sengaja.....

Mungkin peristiwa tersebut tampak biasa saja, sepertinya tidak ada yang istimewa, tapi bagaimanapun saya hanya ingin mengabadikan peristiwa sekilas tadi sekedar untuk mengingatkan diri saya untuk sesegera mungkin langsung "berdiri" kembali jika suatu saat nanti saya "terjatuh". Anak kecil itu saja tidak "menangis", "tidak merintih" dan tampak "baik-baik saja", dan lalu segera bangkit, berdiri. Tidak sampai di situ saja, "tidak berlama-lama mengurusi dirinya sendiri" yang kotor karena terjatuh, dia masih sempat-sempatnya langsung memikirkan dan melakukan suatu hal lain di luar kepentingannya, berjalan beberapa meter menuju sebuah tong sampah untuk membuang bungkus es krimnya yang telah terjatuh dan kotor itu.

**********

Setelah menjumpai peristiwa kecil tadi, baru saya sadari, saya sendiri masih sering terlupa, ketika saya sedang down, mendapat kesulitan dan berada dalam masalah, sering saya hanya sibuk memikirkan bagaimana masalah saya sendiri itu segera selesai dan menomor-duakan bahkan melupakan orang-orang disekitar saya yang pada saat yang sama sedang bermasalah juga. Dan parahnya, masalah yang di dapat orang-orang di sekitar saya tersebut ternyata, baru saya sadari juga, muncul karena saya terlalu sibuk memikirkan penyelesaian masalah saya sendiri dan melupakan keberadaan dan kepentingan mereka. Kasihan sekali mereka tidak salah apa-apa, tapi tiba-tiba mendapat kesulitan karena efek dari "ketidak-sadaran" saya. "Maafkan saya ya.... semoga saya tidak mengulanginya lagi...."
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Monday, February 2, 2009

"Kemarilah nak...sini, duduk dekat ayah...."

Memperhatikan dan mengamati perilaku seseorang, bagi saya menjadi suatu aktivitas yang excited, terlebih jika "gerak-gerik" orang tersebut memberikan kesan yang mendalam hingga menghadirkan pikiran, perasaan dan pelajaran baru.

Belum lama ini di suatu sore saya memperhatikan seorang ayah muda, tetangga sebelah, menimang-nimang anak pertamanya yang belum genap berusia lima bulan. Demikian riang tampak bahagia dua orang anak manusia ini, si bayi tampak damai dan beberapa kali tersenyum lebar kelihatan sangat senang ditimang sang ayah, sedangkan sang ayah sendiri dengan riangnya menimang sambil menyanyikan lagu-lagu yang nggak jelas lirik dan nadanya, ciptaan spontannya sendiri barangkali, tapi yang jelas lagu itu sangat riang gembira menggoda dan memanjakan si bayi. Tampak sekali sang ayah sedang sangat bahagia sore itu.

Mungkin yang terlintas di benak sang ayah saat itu, "Apapun yang akan terjadi kelak, engkau adalah malaikat kecilku, engkaulah mimpiku, harapanku. Oh...putra mahkotaku sampai kapanpun aku akan memelukmu, menimangmu, membelaimu, menciumimu selama-lamanya. Aku akan melindungimu nak, bahkan tak kan kubiarkan seekor semutpun mampu menggigit kulitmu". Dan sangat wajar hampir semua ayah berperilaku seperti itu pada anak bayinya tercinta.
"Hmm... tapi akankah selamanya demikian ya?
"

Karena di bagian bumi lain seorang ayah memukuli dan menghajar habis-habisan anak laki-lakinya ketika si anak yang mulai menginjak usia 17 tahun membuat mobil sang ayah lecet tergores ketika semalam dipakai si anak menghabiskan malam minggu bersama teman-temannya sampai larut malam.

Sementara itu dalam ruang dan waktu yang berbeda, seorang ayah yang sejak si anak berusia 15 tahun hingga kini, 10 tahun kemudian, ketika si anak sudah berencana untuk menikah, keduanya tidak pernah bertegur sapa, sepatah katapun tidak. Hanya karena ego dan harga diri keduanya yang memuncak, idealisme dan prinsip keras yang telah membunuh kata hati kedua anak beranak ini hingga mati suri selama bertahun-tahun.

Atau seorang ayah yang notabene anggota TNI, dengan prinsip keras kedisiplinannya mengusir anak gadisnya dari rumah dan memastikan tidak akan mengakui lagi dia sebagai anak, karena si anak tertangkap basah menggunakan jarum suntik di kamarnya untuk memuaskan dahaga narkoba.

Di sisi lain, karena ketidak cocokan dengan ayahnya, seorang anak pergi meninggalkan rumah tanpa permisi, tidak pernah kembali lagi, dan lebih parah lagi kali ini, beberapa waktu lalu ditemukan seorang pria tua tewas di dalam rumahnya dengan kepala berdarah bekas pukulan keras benda tumpul, diketahui kemudian bahwa pelakunya adalah anak kandungnya sendiri yang kondisi jiwanya sehat wal afiat, sama sekali tidak sakit jiwa. Masya Allah.

Ayah dan Anak. Sebenarnya siapa yang layak berposisi sebagai "dipersalahkan"? Atau memang tidak seharusnya ada yang dipersalahkan? Karena bukankah pada dasarnya memang harus ada yang mau meletakkan ego dan mendengarkan, memahami karakter dan keinginan orang lain?

Atau lihat kisah heroik almarhum Rony Patinasarany, legenda sepak bola Indonesia, yang dengan ketabahan dan kekuatan cinta seorang ayah mencurahkan seluruh sisa hidupnya demi menyelamatkan kedua anaknya dari jebakan narkoba. Lihat pula apa yang dikisahkan Andrea Hirata, dalam "Sang Pemimpi" ketika sikap seorang ayah yang amat sangat antusias bergairah mengambil raport si Ikal yang menduduki peringkat 3 besar sekolah, dan ketika tahun berikutnya rangkingnya turun puluhan tingkat hingga angka 75 dari 160 siswa, sang ayah tetap bersikap sama, bersemangat dan bergairah, mengayuh sepada puluhan kilometer dengan memakai pakaian terbaiknya pergi ke sekolah mengambilkan rapor sang anak tercinta.

Secara umum seorang ayah yang mendapati prestasi anaknya anjlok amat sangat drastis akan menumpahkan amarah besar dan hukuman keras, tapi dia tidak. Tidak marah, tidak kecewa, hanya seutas senyum sambil menepuk-nepuk pundak sang anak kebanggaannya lalu pulang tanpa sepatah katapun. Dan sadar atau tidak sikap datar, misterius seperti inilah yang sebenarnya mampu menjadi treatment psikologis untuk membuat anak menjadi merasa bersalah secara halus hingga motivasi berprestasi untuk memperbaiki diri yang kemudian muncul adalah motivasi dari dalam diri sendiri bukan motivasi karbitan karena tertekan atau terpaksa. Bagaimanapun sifat dan karakternya, bukankah setiap manusia lebih merasa "dihargai" jika mendapatkan kebebasan secara penuh dan merasa sangat "berharga" ketika dapat berekspresi tanpa tekanan?

Atau sikap ayah yang satu ini, seperti terlukis dalam sktesa sederhana video berikut ini.....




"Ah...indahnya...."
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Thursday, January 1, 2009

"Dia" Tahu Apa Yang Kita Lakukan

Kalimat itu keluar dari mulut seorang laki laki berumur sekitar 30-an lebih yang sempat ngobrol dengan saya selepas dhuhur di serambi masjid Gede Kauman Jogja beberapa hari yg lalu. Laki-laki berkemeja putih rapi yang dimasukkan ke dalam celana hitamnya itu adalah seorang sales kaus kaki dan ikat pinggang.

Menurut ceritanya, dia baru saja berkeliling berjalan kaki keluar masuk kantor dan sekolahan, menghampiri penunggu bus di halte bis trans Jogja, melangkah masuk ke perumahan dan perkampungan, lalu berbelok mencari peruntungan di seputaran alun alun utara, hingga tepat tengah hari ini melepas lelah di Masjid Gede Kauman di sebelah barat alun alun utara. “Walah dikit mas, belum nutup”, jawabnya ketika saya tanya, dia enggan menyebutkan hasil jualannya hari ini. “Apalagi sekarang ini sudah banyak kantor yang melarang para sales masuk, nggak tahu lah pokoknya asal jalan, kalau rejekinya lagi ada juga nggak bakalan kemana”, lanjutnya. Masih mengutip kalimatnya saat itu; “Pekerjaan yang benar-benar halal itu zaman sekarang ini makin berkurang, sangat sulit ditemui”, katanya, tetapi, tambahnya lagi; “Yang sulit ditemui itu bukan berarti tidak ada kan…”. Wallahu’alam.

Terlepas dari definisi “dikit” menurut dia itu dikit yang bagaimana, tapi setahu saya bagi para penjual keliling yang berjalan kaki bermil-mil, mandi keringat, ditolak dan diusir itu penghasilan dari jualan dengn model seperti ini belum bisa dibanggakan, belum lagi penjual es dengan bergerobak dorong yang makin kalah dengan es cream keliling ala barat, atau fragmen seorang pedagang cermin keliling dalam film Kun-Fayakun yang rasio antara usaha keras dan hasil yang didapat sangat tidak layak. Karena banyak orang yang tinggal duduk duduk ditempat teduh saja dengan santainya bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan banyak, lebih dari para worker jalanan tadi. Setidaknya orang-orang seperti itu ada tidak lebih dari 10 meter didepan tempat kami duduk, tepatnya di depan pintu masuk masjid, duduk beralaskan koran dan kain dengan properti utama sebuah kaleng ataupun mangkuk kecil dari plastik, ya, para pengemis. Mereka sehat-segar bugar, dan beberapa dari mereka sebenarnya tidaklah miskin-miskin amat. Pendapatan mereka bisa mencapai Rp.30.000-Rp.50.000 sehari, bahkan lebih, terutama ketika hari jumat dan hari-hari libur dimana para wisatawan sedang booming. Yah..,setidaknya begitulah yang pernah saya dengar dari cerita mas-mas petugas parkir masjid ini. Ada sebuah segitiga unik saat itu, yang membuat saya tersenyum kecil sendiri, segitiga unik tentang rahasia kehidupan yang berada dalam radius tak lebih dari 10 meter, antara saya, sales kaus kaki itu dan para pengemis yang ada di depan kami.

Jadi teringat kejadian tahun lalu saat masih tinggal di Solo. Suatu hari minggu siang menjelang Ashar saya bersama dua orang teman duduk di teras depan rumah kos, lewatlah seorang bapak yang sudah cukup tua, penjual dipan kayu dengan teriakan khasnya yang melolong tiada gentar itu. Dua buah dipan kayu ditumpuk, diikat sedemikian rupa dengan tali diatas gerobak dorong dengan bantuan sebuah balok kayu kecil, sebagai tonggak penambat, dan sang bapak menarik gerobak ber-dipan itu langkah demi langkah. Tak ada kejadian apa-apa, dia lewat begitu saja seperti biasa. Hingga setelah agak jauh ---meski teriakannya tetap terdengar--- tiba-tiba bapak kos keluar tergopoh gopoh dari dalam rumah sambil bertepuk tangan memanggil sang penjual dipan. Bapak penjual dipan pun putar haluan kembali ke depan rumah kos kami dengan wajahnya yang sekarang menjadi sumringah, “Ah akhirnya dapat pembeli juga, bisa pulang tanpa harus menarik beban berat lagi plus bawa duit nih”, mungkin kalimat itu yang ada di benaknya kala itu.

Terjadi tawar menawar yang cukup sengit, lumayan alot, lumayan lama. Bapak kos bersikukuh tak mau menaikkan penawaran, sebaliknya penjual dipan juga sangat berhati hati menurunkan harga sedikit demi sedikit, meski tetap masih jauh dari limit pengajuan tawaran bapak kos. Akhirnya, tak ada yang mau mengalah, interaksi “perniagaan dipan” itu pun ditutup tanpa sebuah deal. Transaksi gagal. Sang bapak penjual dipan kembali melanjutkan langkahnya dengan kekecewaan yang sangat jelas terlihat dari raut muka dan bahasa tubuhnya ketika membalik gerobaknya dengan susah payah, dan melangkah beranjak meninggalkan rumah kos kami, mungkin kala itu langsung buyar angannya untuk pulang cepat sambil membawa uang.

Ada ketimpangan yang sangat mencolok di sini. Bapak kos, si calon pembeli itu, tanpa beban, santai saja kembali masuk rumah seperti tak terjadi apa-apa. Sementara bapak penjual dipan sangat kecewa, sebuah bagian dari kegagalan. Yah…, terang saja bagi bapak kos kejadian tadi cuma secuil kecil saja dari momen yang terjadi dalam hidupnya hari ini, suatu peristiwa yang mungkin tak terlalu berarti. Sebaliknya bagi Bapak tua penjual dipan, momen tadi bisa dipastikan adalah momen utama yang paling penting dan paling ditunggu dalam perjalanan hidupnya hari ini, momen yang seharusnya sangat menentukan. Anyway, the life must goes on.

Lalu power apa yang menyokong motivasi mereka selain rengekan anaknya yang menunggu di rumah? Mungkin saja diantara mereka memiliki power untuk selalu bergerak tak kenal ampun pada diri sendiri menjadi kekuatan tersendiri yang ampuh menerjang tuntutan hidupnya yang tanpa pilihan itu. Atau seperti sales kaus kaki tadi yang memiliki prinsip “Allah tahu apa yang kita kerjakan”. Bukankah kita memang mencari Ridho-Nya? Selalu melakukan sesuatu dengan kalimat sakral tersebut tetap lekat tertempel di jidat mungkin sama sekali nggak akan ada koruptor dan suap-suapan kali ya……

Terdapat 100 ayat dalam Al Qur’an (mohon dikoreksi jika kurang tepat) yang inti maknanya adalah memastikan bahwa “Allah maha mengetahui/melihat apa yang kita kerjakan/perbuat”. Dan kalimat itulah yang ternyata menjadi air lemon ice segar yang selalu dibawa-bawa para hard worker jalanan untuk mendinginkan kepala dan menyegarkan hati di bawah tusukan duri panas matahari dan guyuran pekat debu aspal kota. Good luck, God blesses.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Saturday, November 22, 2008

Tiap-tiap Orang di Sekitar Kita Adalah Ujian Bagi Diri Kita

Dan sebaliknya kita ini adalah ujian bagi bagi tiap-tiap orang di sekitar kita. Setiap orang punya kepentingan, dan secara manusiawi ketika kepentingan-kepentingan ini berada dalam satu ruang dan waktu yang sama kita sering menganggap bahwa kepentingan orang lain tidaklah lebih penting daripada kepentingan kita.


Seorang sahabat bisa menjadi sangat mengecewakan, bahkan mungkin pula bagi kita
untuk dengan mudahnya memutuskan tali silaturahim karena suatu sikap sahabat yang menurut penilaian kita sudah benar-benar keterlaluan, memang sesak rasanya dikecewakan.

Tapi sebaliknya seketika itu pula kita sebagai pribadi bisa pula tanpa disadari telah membuat sahabat atau mungkin saudara kita menjadi sedemikian marahnya. Mending kalau terungkapkan, lha kalau tidak dan dia hanya diam-diam begitu saja, itu malah berbahaya. Sudah kita tidak sadar, tidak tahu pula apa kesalahan kita.

Tiap-tiap orang di sekitar kita adalah ujian bagi diri kita.dan sebaliknya kita ini adalah ujian bagi tiap-tiap orang di sekitar kita. Nah kalau kita bisa memaknai dan memahami kalimat tersebut setidaknya bisa menjadi modal untuk mengendalikan diri, mengkoreksi diri dan bercermin dengan cermin yang jernih dan sebisa mungkin bukan cermin buatan sendiri.

Ujian dalam hidup ini yang paling dominan adalah ujian kesabaran, tes ujian kesabaran ini soal-soalnya amat sangat banyak, baru akan selesei ketika paruparu kita ini tidak bisa lagi menggembung dan mengkonversi oksigen menjadi energi sedang jantung kita tidak sanggup lagi memfasilitasi travelling darah untuk mengembara kesudut sudut arteri.

Oleh karena kita itu adalah ujian kesabaran bagi orang di sekitar kita maka kalau kita ingin membantu mereka agar bisa lulus ujian kesabaran berarti kita harus bisa menjaga diri, misalnya; kalau seorang wanita ya harus benar benar memahami yang mana yang namanya aurat, yang mana yang harus disembunyikan, yang mana yang boleh diperindah. Atau bagi seorang anak dalam membantu ujian kesabaran orang tuanya harus bisa memahami karakteristik khas orang tua yang sangat menjunjung tinggi rasa hormat serta tata karma itu, dan bagaimana bersikap atau bertutur kata. Termasuk dalam hubungan pertemanan kita harus mau mengerti dan memahami apa yang bisa membuat seorang teman menjadi sensitif, tersinggung, dan dengan begitu kita bisa ikut membantu dia agar tetap bisa menjaga amarah. Dan yang paling agak susah karena kadang kita tidak sadar kita sering tidak menghargai eksistensi orang yang sedang berbicara dengan kita dan membuat dia sedikit marah dalam hati karena merasa tidak dihargai, karena pas sedang bicara panjang lebar tiba tiba dia sadar,meskipun dari tadi diam tapi ternyata tidak sedang memperhatikannya karena dari tadi sibuk ber sms-an ria, yang membuat dia seperti radio yang ngoceh sendiri, apalagi orang tersebut adalah orang tua, tidakkah kita juga merasa tidak dihargai ketika kejadian itu dibalik ? So mari kita bantu orang di sekitar kita agar mereka bisa lulus melewati ujian itu, ujian dimana bahan tes-nya tidak lain ya diri kita ini.

Orang-orang di sekitar kita adalah ujian bagi kita, maka kalau kita mau menyadari hal itu Insya Allah kita bisa menjaga diri agar tidak selalu serta merta selalu menyalahkan orang lain ketika sesuatu yang mengecewakan diri kita tiba tiba menimpa kita, sering kita lepas kendali apalagi ketika dalam kondisi psikologis yang sedang drop karena banyak pikiran ditambah masalah pekerjaan belum lagi masalah keluarga dan lain-lain pada suatu siang yang teramat terik, di sebuah warung tenda kecil yang cukup ramai dan lumayan antri, tenggorokan kering, haus tiada tara, keringat membasahi kerah baju dan membuat lumayan gatal, tiba tiba tanpa ba-bi-bu ada seseorang dengan pede nya menyerobot antrian pesanan es kelapa muda yang kita nanti-nantikan sejak lima menit yang lalu.

Atau kejadian seperti dalam salah satu iklan rokok di televisi dimana dalam adegan makan bakso yang baksonya selalu gagal masuk mulut itu, karena selalu terganggu oleh seseorang yang tidak mau memperhatikan orang lain, dengan seenaknya mendorong kursi tanpa tengok kanan kiri. Adegan tersebut menggambarkan bahwa kesabaran ada batasnya. Memang kesabaran ada batasnya, tapi Allah juga telah mengarsiteki sedemikian sempurna otak kita agar bisa berpikir dan kemudian menjadi mampu menemukan cara untuk terus memperluas dan semakin memperluas lagi batas batas kesabaran tersebut.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Friday, October 10, 2008

WHAT ABOUT NOW.....?







WHAT ABOUT NOW
Daughtry
(written by : Hodges, David/Moody, Ben/Hartzler, Josh)

Shadows fill an empty heart
As love is fading,
From all the things that we are
But are not saying.
Can we see beyond the scars
And make it to the dawn?

Change the colors of the sky.
And open up to
The ways you made me feel alive,
The ways I loved you.
For all the things that never died,
To make it through the night,
Love will find you.

What about now?
What about today?
What if you're making me all that I was meant to be?
What if our love never went away?
What if it's lost behind words we could never find?
Baby, before it's too late,
What about now?

The sun is breaking in your eyes
To start a new day.
This broken heart can still survive
With a touch of your grace.
Shadows fade into the light.
I am by your side,
Where love will find you.

What about now?
What about today?
What if you're making me all that I was meant to be?
What if our love, it never went away?
What if it's lost behind words we could never find?
Baby, before it's too late,
What about now?

Now that we're here,
Now that we've come this far,
Just hold on.
There is nothing to fear,
For I am right beside you.
For all my life,
I am yours.

What about now?
What about today?
What if you're making me all that I was meant to be?
What if our love never went away?
What if it's lost behind words we could never find?

What about now?
What about today?
What if you're making me all that I was meant to be?
What if our love never went away?
What if it's lost behind words we could never find?
Baby, before it's too late,
Baby, before it's too late,
Baby, before it's too late,
What about now?

nb : tampilan video di atas kemungkinan tidak muncul jika halaman ini dibuka mengginakan Internet Explorer.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Wednesday, August 20, 2008

ANTARA MEMBERI DAN MENERIMA

Sering kita mendapatkan sesuatu atau berada di suatu keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita, maka banyak dari kita yang kemudian tawaqal dan yakin bahwa apa yang kita peroleh adalah pemberian Tuhan yang terbaik buat kita dan nanti kita akan memperoleh kebaikan dari situ, ah tapi masa sih begitu ?


Kita akan mendapatkan yang terbaik ? masa sih ? Enak amat hidup ini kalau cuma begitu saja. Cukupkah sampai disitu ? ternyata tidak. Tuhan tidak hanya akan memberikan yang terbaik buat kita tapi lebih dari itu karena disanalah ada harapan yang dibebankan pada kita, kita diharapkan untuk bisa memberikan yang terbaik, untuk bisa memperbaiki keadaan buruk dimana kita berada itu. Kenapa? Yakinlah karena menurut-Nya hanya kita-lah yang bisa memperbaiki no body else, itulah kenapa kita dikirim kesana kedalam situasi yang buruk ini. Maka lakukan sesuatu, berikan yang terbaik di sana.

Apakah nanti kita akan mendapatkan yang terbaik setelah kita memberikan yang terbaik ?

“Barang siapa berbuat kebaikan seberat dzarrah (benda yangterkecil)sekalipun, maka ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang berbuat kejahatan seberat dzarrah (benda yangterkecil) sekalipun, maka ia akan melihat (balasan)nya”. (Al Qur’an, Surat Al Zalzalah, ayat 7-8).

Jadi jangan hanya diam menunggu datangnya kebaikan yang hanya untuk diri kita sendiri, karena ternyata kita-lah yang harus menciptakan dan memberikan kebaikan itu bagi orang lain. Mari berbuat, mari kita memberikan sesuatu, perbaiki dan ciptakan kebaikan, lalu bagikan kepada orang-orang dan untuk segala sesuatu di sekitar kita.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Wednesday, June 4, 2008

HIDUPLAH DENGAN DAUN


Perut mulas, kepala pusing susah berkonsentrasi. Banyak yang mengira hal ini adalah karena salah makan, kurang suplemen bahkan mungkin karena stress. Sebagian mungkin benar tetapi sadarkah kita kalau hal ini bisa disebabkan oleh kotornya udara dalam ruangan akibat polusi dari debu super mikro yang keluar dari karpet, gorden, sofa atau kursi berlapis kain, dan dari tumpukan kertas bekas termasuk polutan-polutan dari luar ruangan yang berasal dari asap kendaraan yang menyelinap masuk dan terperangkap berputar-putar di dalam ruangan.
Oleh karena itu mari tempatkan tanaman-tanaman dalam pot kecil di dalam ruangan selain tentu saja menambah keindahan daun-daun tanaman adalah benda paling efektif untuk menangkap polutan, polutan yang telah ditangkap oleh daun akan dialirkan ke akar, di situlah kemudian mikroorganisme-mikroorganisme yang berada dalam tanah akan memakannya, dan untungnya seberapapun banyaknya mereka makan mereka tidak akan kekenyangan.
Untuk memaksimalkan fungsi tanaman kita bisa melakukan kombinasi yang tepat. Tanaman jenis palem cocok ditempatkan di siang hari, sedangkan untuk malam hari akan lebih efektif jika tanaman jenis kaktus yang dimasukkan ke dalam ruangan. Lebih banyak tanaman tentu lebih baik hasilnya.

Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

BAGAIMANA AGAR TIDAK GAMPANG MARAH ?

  1. Segera tinggalkan tempat yang situasinya membuat anda marah. Cari tempat duduk yang nyaman, atau kalau masih terasa marah rebahkan tubuh anda.
  2. Segera ambil minum. Air putih akan lebih baik untuk melegakan tubuh.
  3. Semua hal bisa saja membikin marah, udara yang panas, kemacetan, suara bising, ekspresi wajah seseorang, orang yang tertawa berlebihan, orang yang sepertinya sedang ngomongin kita, anak-anak yang bandel, dll. Oleh karena itu tidak usah dicari-cari kenapa keadaan itu jadi begitu, jangan terlalu dipikirkan, yakinkan diri anda semua itu pasti akan segera berakhir dan tidak akan mengakibatkan apa-apa terhadap diri anda.
  4. Jangan turuti perasaan marah anda. Kalau diikuti amarah malah bisa menjadi-jadi. Coba sesegera mungkin alihkan pikiran kepada sesuatu yang menyenangkan anda. Misalnaya pikirkan wanita atau pria pujaan anda, pikirkan lucunya kelakuan balita yang anda kenal, ingat-ingat kembali kejadian lucu pada masa lalu, ingat-ingat lagi film atau acara lucu favorit anda, atau anda juga bisa membangayngka rencana dekorasi rumah idaman, mobil impian, tempat rekreasi yang indah dll
  5. Langsung lakukan kegiatan lain yang membuat anda merasa nyaman. Dengarkan lagu favorit, putar film favorit atau cuplikan pertandinagn olahraga yang pernah membuat anda gembira, pergi ke restoran favorit, belanja, atau ajak teman untuk bersenamg-senaang.
  6. Satu hal yang akan menambah marah adalah dengan menyalahkan orang lain. Maka dari itu jangan coba cari-cari kesalahan orang lain, meski mungkin memang dia yang bersalah. Caranya dengan segera menghindar dari orang yang akan salahkan itu berada. Rasa marah itu muncul dari dalam diri kita, bukan dari orang lain.
  7. Lakukan olah-raga, peregangan otot, push up, lari-lari kecil, berenang atau gerakan-gerakan olahraga lain yang memungkinkan bisa anda ketjakan saat itu juga. Jadi langsung gerakkanlah tubuh anda di luar kebiasaan. Ini akan menyegarkan tubuh dan pikiran anda.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

ADA APA DENGAN PEPAYA


Jarang sekali kita melihat orang yang membesuk orang sakit membawakan papaya sebagai buah tangan, sepertinya papaya kalah populer dengan jeruk, apel, dan pear. Wajar saja sih karena penampilan pepaya secara fisik memang kalah cantik dengan buah buah an tadi. Tapi jangan salah khasiat buah pepaya sangat banayk.
Marcopolo dalam pelayarannya pernah dipusingkan dengan wabah skorbut (sariawan) yang menyerang anak buah dan kelasi-kalsi kapalnya hingga kemudian mereka sembuh setelah marcopolo memerintahkan mereka makan buah papaya sebanyakbanyaknya.
Pepaya mengandung vitamin-vitamin yang sangat bermanfaat dalam masa penyembuhan. Mungkin sudah banyak diketahui secara umum jika buah pepaya bisa melegakan perut yang mual akibat susah buang air besar. Ini dikarenakan terdapat suatu enzim yang dikandung dalam getah pepaya yaitu enzim papaine. Enzim ini dapat menghancurkan putih telur sehingga enzim ini ketika berada dalam usus besar akan sangat membantu.
Ngomongin pepaya jangan lupakan pula daunnya. Banyak yang kurang suka daun pepaya karena rasanya yang memang pahit, akan tetapi dibalik kepahitan rasanya itulah terdapat khasiat yang sangat besar. Zat yang terkandung dalam daun pepaya dapat membantu membersihkan darah kotor selain sebagai pelega perut ketika perut sedang terasa tidak enak atau mual.daun pepaya juga berkhasiat untuk menambah nafsu makan, ini sangat cocok buat anak-anak kurang nafsu makan, tinggal kita pandai-pandai mengolah dan mengkombinasikannya dengan bahan lain agar rasa pahit itu bisa sedikit berkurang.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

JANGAN PERNAH PULANG

Ini kisah tentang Julius Caesar yang mengubah pasukan perangnya menjadi memiliki daya juang tinggi tak takut mati hingga akhirnya mereka berhasil menguasai Britania.
Pada suatu tengah malam yang dingin Julius Caesar dan pasukannya tiba di perairan Britania. Dengan perahu-perahu kecil mereka keluar dari kapal induk untuk merapat diam-diam ke pantai. Para pasukan sibuk menata dan mengikat perahu-paerahu itu dengan baik agar tak terseret ombak sehingga mereka nanti bisa segera pulang.
Akan tetapi di luar dugaan tiba-tiba Julius Caesar memerintahkan mereka untuk membakar semua perahu yang ada. “Bakar semua perahu kita, sekarang juga !” , kata Julius Caesar. Para pasukan berpikir mana mungkin mereka bisa kembali ke kapal induk tanpa perahu-perahu itu. Meski masih bingung dan tetap bertanya-tanya dalam hati pasukannya tetap menuruti perintah itu dan terbakar habislah perahu-perahu mereka itu.
Maka bertempurlah Julius Caesar dan pasukannya dengan fokus harus menang. “Kita harus menang, karena jika kalah kita tetap tidak bisa segera mundur dan melarikan diri pulang ke negara kita, itu berarti kita pasti mati, tapi jika kita menang kita masih bisa menikmati hidup meskipun di sini, di Britania”, demikin semangat yang dikumandangkan. Jadi pilihannya tinggal menang atau mati. Pertempuran dengan semangat harus menang atau mati inilah yang membawa kemenangan pasukan Julius Caesar.
Kaca spion harus lebih kecil daripada kaca depan. Pandangan menengok kebelakang harus lebih kecil daripada pandangan ke depan, karena pandangan ke depan harus jelas terbuka lebar. Kita sering terjebak dengan kenikmatan masa lalu atau dengan kenyamanan yang kita rasakan dahulu sehingga kita sering berpikir lebih baik kembali lagi seperti dulu daripada maju kedepan yang belum jelas keadaannya.
Ketika ada suatu peluang atau tantangan kita kadang mundur karena takut ditolak, takut berbeda dengan orang lain dan tidak punya mental untuk menjadi pelopor, serta khawatir akan gagal. Inilah yang namanya stagnasi hidup. Dan stagnasi hidup membuat hidup tidak bermakna, kita tidak bermanfaat dan tidak berguna bagi orang lain. Kesuksesan dimulai dari perubahan dan perubahan diawali dengan suatu keberanian.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

BERPIKIR POSITIF ADALAH AWAL DARI KESUKSESAN.


  1. Beri komentar positif untuk segala hal. Buang jauh-jauh kata-kata “aku tak bisa” atau “mana mungkin aku mampu melakukannya”, kalimat tersebut akan memberikan efek buruk yang berakibat pada berkurangnya aura, penampilan, percaya diri, kretifitas. Ganti dengan “AKU BISA” atau “AKU PASTI MAMPU” atau “YANG LAIN BISA, AKU JUGA PASTI BISA” atau “I AM THE BEST”.
  2. Jangan sekali-kali berpikir pesimis. Jauhkan pikiran anda dari “aku kan memang tidak pintar” atau “memang segini kok kemampuanku” atau “ya sudahlah, mereka memang lebih baik dari aku”. Wah kalau anda sudah berpikir seperti ini berarti bahaya telah mengancam eksistensi anda dalam hidup di dunia ini. Balik pikiran ansda dengan “ AKU PINTAR” atau “AKU BUKAN ORANG BODOH” atau “AKU PUNYA KEMAMPUAN LEBIH”. Katakana berulang-ulang dalam hati anda setiap kali anda merasa ragu-ragu, tidak percaya diri atau takut akan gagal.
  3. Ingat kembali kesuksesan anda dulu. Jika anda sedang gagal atau mengalami kemunduran dalam usaha yang anda lakukan, pertama tama temukan dulu penyebab kegagalan itu, lalu coba anda berandai-andai, pikirkan solusi atau antisipasi terhadap penyebab kegagalan itu, yakinlah ini bisa berguna untuk masa depan. Coba ingat-ingat ulang sekecil apapun prestasi anda dulu, bayangkan kemampuan dan keahlian atau bakat anda yang belum tergali setiap kali anda merasa down. TULISKAN KESUKSESAN TERBESAR ANDA DULU ATAU TULISKAN DAFTAR HAL-HAL YANG MEMBUAT ANDA, ORANG TUA , KELUARGA, PASANGAN, ANAK ANDA, KAWAN-KAWAN ANDA MENJADI BANGGA TERHADAP ANDA.
  4. Beri selamat kepada diri anda sendiri. Sekecil apaun keberhasilan anda beri selamat kepada diri anda, karena keberhasilan itu memang sulit dan jarang di dapat.
  5. Beri selamat juga buat teman anda yang sukses. Ini akan memberi pengaruh positif dan yakinlah ini akan memacu semangat anda.
  6. Jangan selalu merendah. Rendah diri memang hal yang baik, tapi jika anda terus mengecilkan keberhasilan dan kesuksesan anda ketika anda mendapat pujian atau selamat dari orang lain maka lama-kelamaan anda akan kurang menghargai keberhasilan anda sendiri. Sambut pujian dari orang lain dengan SENYUM dan kalimat pendek “TERIMA KASIH”.
  7. Beri hadiah kepada diri sendiri. Setiap anda mendapat keberhasilan, coba turuti atau senangkan diri anda sendiri. Misalnya, pergi ke mencari makanan special yang lebih istiwewa dari makanan yang biasanya anda makan, membeli sesuatu yang sudah lama anda inginkan, atau hal lain yang menurut anda sudah lama anda tahan, pokoknya istimewakan diri anda pada saat itu.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Saturday, May 31, 2008

COBA LIHAT DARI SISI LAIN

Ini adalah sebuah dongeng. Pada zaman dahulu terdapatlah seorang raja yang kurang bijak dan tidak dekat dengan rakyatnya, dia tidak pernah sekalipun keluar dari istana untuk melihat keadaan rakyatnya. Pada suatu hari dia disarankan oleh ibundanya yang sekaligus penasehatnya agar sekali-sekali berjalan jalan berkeliling negeri. Raja itu menuruti saran ibundanya akan tetapi begitu dia keuar hanya beberapa meter dari istana dia mengurungkan niatnya karena dia melihat jalanan tanah yang begitu kotor, terjal tetapi becek dan banyak serangga yang membuat dia merasa jijik. Tanpa berpikir panjang sang raja memerintahkan pengawalnya untuk segera melapisi jalanan di seluruh sudut negeri dengan karpet yang terbuat dari kulit sapi yang kuat dan halus sehingga dia bisa berjalan tanpa kakinya kotor atau luka. Mendengar hal itu sang ibunda tersenyum dan berkata dengan bijaksana, “Nak apakah kamu tidak berpikir berapa lama waktu yang digunakan untuk menutup semua jalanan di negeri ini dengan kulit sapi, belum lagi berapa ribu sapi yang dibutuhkan yang harus di kuliti dengan sia-sia hanya untuk sesuatu yang tidak terlalu berguna. Padahal rakyat masih sangat memerlukan sapi-sapi itu untuk hal-hal yang lain. Wahai anakku daripada seluruh jalanan engkau lapisi dengan kulit sapi kenapa bukan kaki kamu saja yang engkau tutupi ?”. Mendengar hal sang raja merasa beruntung atas nasehat sang ibu sehingga dia tidak jadi menciptakan sesuatu hal yang sia-sia dan tidak efektif. Dia mejadi sadar bahwa bukan lingkugannya yang harus diubah tetapi diri sendirilah yang harus menyesuaikan. Konon inilah awal digunakannya sepatu sebagai alas kaki.
COBA PERBAIKI DIRI KITA DAHULU SEBELUM MENUNTUT PERBAIKAN PADA LINGKUNGAN KITA


Kisah seperti diatas banyak dijumpai dalam kehidupan nyata di sekitar kita. Seorang kepala keluarga yang memaksakan kebiasaannya tanpa mau mendengarkan pandangan isteri dan anak-anaknya, seorang bos yang otoriter tanpa mau memperhatikan pendapat anak buahnya, seorang karyawan yang memaksakan suatu desain interior di dalam suatu ruangan kerja bersama, kelompok atau komunitas tertentu yang menggunakan kekerasan demi mewujudkan sesuatu agar pemahaman dan pemikirannya diterapkan oleh seseorang atau kelompok lain.
Seringkali kita merasa tidak cocok dan tidak sesuai dengan linkungan kita, tidak cocok dengan seseorang atau suatu kelompok padahal kita diharuskan selalu besama dengan mereka, bukan karena kebiasaan mereka yang buruk tapi jarang disadari kalau hal ini lebih karena kita tidak bisa beradaptasi saja. Suasana yang tidak nyaman yang membuat kita gerah, marah-marah dan maunya ingin menyalahkan orang lain saja. “Pokoknya semua hal harus sesuai dengan keinginanku”. Hingga kita kadang memaksakan sesuatu, terlebih terhadap seseorang yang memungkinkan kita kuasai, misalnya adik, anak, isteri atau suami, kawan dll. Coba kita renungkan kenapa kita tida mencoba untuk memahami kebiasaan mereka, menyelami dan merasakan apa yang mereka rasakan. Coba satukan perasaan, berkomunikasi dan saling mengisi, memberi dan menerima. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan akan tercipta sesuatu yang baru, budaya baru, kebiasaan baru yang lebih baik yang bisa diterima semuanya dengan perasaan lega. Lebih beruntungnya kita daripada memaksakan sesuatu yang tidak kita sadari malah sering merugikan diri kita atau membuat tidak nyaman orang lain yang tentu akan berakibat dari hilangnya keharmonisan dan rasa saling menyayangi.
Coba pahami pendapat orang lain mungkin saja kita malah bisa jadi lebih beruntung karenanya.

Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

" ...yang kemudian hadir dan terjadi bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia,

pertemuan dan perpisahan, ada dan tiada, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, tampak dan samar, benar dan salah adalah berbentuk pertanyaan dan jawaban yang terdesain sedemikian rupa menjadi sebuah kepastian dan sama sekali bukan ke-tidak-pasti-an,


karenanya, karena hidup ini bukanlah suatu kebetulan, maka tidak ada alasan untuk meredupkan keyakinan demi memulai sesuatu dan lalu menyempurnakannya."


 
Template by: Abdul Munir