" JANGAN PERNAH LUPA... GLOBAL WARMING TELAH SIAP MENGHANCURKAN BUMI INI !!!!
Have a nice day.....but don't ever forget to take a look around
.......there's must be somebody or something needs you.....

.......let's check it out.

Monday, October 27, 2008

TERAPI ISTIGHFAR

Malam itu, kuliah rasanya akan sangat membosankan. Bukan karena dosen bukan pula karena mata kuliah. Tapi virus di mata ini, virus yang selalu menyerang orang kelelahan, ngantuk. Kelopak mata ini rasanya seperti pintu kios kecil yang didepan jalannya sedang dilewati serombongan bonek (pendukung Persebaya Surabaya) yang tim kesayangannya itu baru saja kalah 7-0 akibat keputusan wasit yang kontoversial, maunya pingin cepet cepet tutup rapat-rapat. Ngantuk sekali, padahal jarum jam baru saja melewati angka 8 malam. Maklum seharian tadi sudah bergelut dengan setumpuk file yang musti dire-cek sedetail mungkin dengan mata terbelalak.

Benar saja, sepersekian menit kemudian aku sudah masuk ke surga tidur. Tapi tidak lama karena kemudian getar handphone di saku tiba-tiba membangunkan aku, hanya sebuah sms iseng yang tidak terlalu penting dari seorang teman, sangat kebetulan sekali tapi efeknya lumayan ampuh karena aku kemudian bangun, mencoba bertahan sekuat tenaga, apalagi tepat pada saat itu dosen memasuki pembicaraan yang cukup menarik mengenai teacher as a therapist yang sebenarnya bukan hanya cocok diterapkan oleh guru, tapi sangat berguna diterapkan para orang tua dalam berhubungan dengan anak-anaknya.

Andai saja semua anak yang bersekolah itu seperti para anggota lascar pelangi, terlebih seorang Lintang yang dengan keadaan sekolah serba memprihatinkan dan dilatar belakangi kehidupan ekonomi yang carut marut hingga memaksanya harus kembali berkeringat membantu orang tuanya bekerja.pada sore hari. Setiap hari menempuh jarak puluhan kilometer untuk pergi ke sekolah yang sebenarnya tidak terlalu menjanjikan itu, namun dengan semangat bak cheetah kelaparan yang menguber-uber seekor antilop dia dengan sepeda bututnya berusaha tidak tertinggal secuil pun pelajaran sekolah.

Kenyataan yang terjadi adalah bukan rahasia lagi bahwa banyak sekolah yang muridnya terlambat masuk kelas dengan sengaja, meskipun sebenarnya telah datang ke sekolah sebelum jam 7 pagi tapi seperti biasa nongkrong-nongkrong dulu sampai jam 8, biasanya dilakukan anak-anak kelas 2, belum cukup sampai di situ, banyak pula sekolah yang murid dalam kelasnya tinggal dua atau tiga orang saja, itu masih mending, karena tidak jarang pula kelas telah kosong, padahal jam baru menunjukkan pukul 11 menjelang siang, dan hari itu pun bukan hari Jum’at. Sialnya lagi keadaan ini berlangsung terus menerus, membudaya dan terwariskan dengan rapi, yang salah satu sebabnya sayangnya adalah karena tidak adanya ketegasan dari pihak sekolah, karena berbagai alasan masing-masing. Salah satu alasan yang ironis adalah karena sekolah memang membutuhkan siswa, biasanya itu adalah sekolah SMP, SMA, SMEA, maupun SMK swasta kelas menengah ke bawah. Logikanya, jika sekolah terlalu membebani murid, takutnya jumlah murid tiap tahun bisa makin berkurang.

Untuk sekolah yang seperti ini peran guru BK sebenarnya amat sangat vital sehingga seharusnya guru BK di sekolah tersebut adalah seorang yang berlatar belakang psikologi atau setidaknya seorang yang benar benar terlatih secara profesiaonal dan berkualitas dalam bidang itu sehingga dia benar-benar bisa menciptakan budaya sekolah yang terkontrol, termasuk selalu menganalisis sekaligus meng-inovasi metode treatment yang paling tepat di dalam kondisi yang terjadi di sekolahnya dan rajin membangun relationship dan komunikasi dengan orang tua murid bagaimanapun keadaan dan tanggapan keluarganya, setidaknya begitulah idealnya.

Sayangnya orang-orang dengan kualifikasi seperti itu malah banyak berada di dalam sekolah elit, sekolah teladan dan sekolah unggulan, yang kalau boleh jujur sebenarnya level kenakalan murid dan perilaku menyimpang para siswanya tidaklah parah-parah amat. Ya wajar lah bukankah kualitas memang harus dihargai mahal, dan sekolah kelas menengah ke bawah yang penuh dengan masalah siswa mungkin tidak mampu membayar para professional itu. Akibatnya peran guru BK dipegang sambil lalu oleh guru yang mau atau guru yang jadwalnya tak terlalu padat.

Kalau sudah begitu tanggung jawab ada pada semua guru bidang apapun, tidak mungkin keadaan seperti itu berjalan dibiarkan terus menerus tanpa ada perubahan, dan bukankah kondisi tersebut tidak boleh hanya dilalui begitu saja hari demi hari ?

Kembali ke teacher as a therapist. Seorang pendidik dan orang tua tidak hanya membawa ilmu pengetahuan atau nilai-nilai moral dan agama, mentransfer ke siswa atau ke anaknya dan kalau sudah muncul pesan “transfer accepted” dia kemudian pergi berlalu begitu saja. Tidak, guru dan orang tua adalah pen-terapi anak atau siswa terlebih ketika kondisi siswa tidak siap untuk menerima materi ilmu pengetahuan. Terapi psikologis bisa dipahami salah satunya adalah sebagai bagaimana mengubah jiwa seseorang dengan jiwa kita, yang tentunya disesuaikan dengan diri kepribadian orang tersebut. Salah satu indikasi keberhasilannya adalah ketika guru masuk ke kelas maka yang ada dalam pikiran dan perasaan siswa bukan rasa takut dan rasa was-was atau bahkan gambaran dan bayangan perasaan bosan dan memuakkan selama jam pelajaran berlangsung. Siswa harus belajar karena senang, nyaman, karena merasa butuh dan karena gurunya itu, bukan mau belajar karena takut. Demikian pula bagi orang tua dalam membangun sebuah budaya, aturan atau kedisiplinan bagi anaknya, Insya Allah mereka tidak akan merasa terpaksa.

Mengubah jiwa seseorang dengan jiwa kita Itu artinya untuk mendapatkan kemampuan sebagai terapist harus dimulai dari dalam diri kita yang kemudian kita pancarkan keluar. Caranya sangat sederhana, dimulai dengan terapi diri sebelum menterapi orang lain yaitu melalui introspeksi diri, mengakui kesalahan dan dengan ikhlas memohon ampun kepada Allah, istighfar dengan ikhlas segenap jiwa, setiap saat setiap waktu dimana pun kita berada dalam suasana hati bagaimanapun dan dalam kondisi apapun aktifitas kita. Sangat sederhana tetapi ternyata efeknya sungguh ajaib, karena secara psikologis jika jiwa kita bersih maka pengaruh yang muncul keluar pun akan menjadi luar biasa, setidaknya demikian yang saya tangkap dari penjelasan dosen malam itu.

Terapi diri melalui terapi istighfar ini sangat tepat diterapkan ketika menghadapi anak-anak masa sekarang sebagai perlidungan terhadap jutaan pengaruh buruk yang bisa mencederai hati dan pikiran mereka. Setiap hari 100 atau 200 kali sehabis sholat tidaklah terlalu berat, malahan hati menjadi nyaman. Jika kita sudah melakukan itu, maka tanggung jawab kita kemudian adalah memberi contoh dan mengajak anak kita, murid kita dan orang-orang di sekitar kita untuk melakukan hal serupa. Bukankah anak adalah produk dari lingkungan, dan mereka selalu belajar dari lingkungannya itu ?.

Jika terapi ini berhasil maka ketika kita berada jauh dari anak didik kita-pun pengaruh jiwa yang bersih ini akan tetap terasa. Sebagaimana matahari yang sekalipun pada malam hari sama sekali tidak tampak dari bumi tetapi sinarnya masih tetap terpancar dan selalu bisa kita nikmati melalui bulan.

0 comments:

Post a Comment

" ...yang kemudian hadir dan terjadi bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia,

pertemuan dan perpisahan, ada dan tiada, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, tampak dan samar, benar dan salah adalah berbentuk pertanyaan dan jawaban yang terdesain sedemikian rupa menjadi sebuah kepastian dan sama sekali bukan ke-tidak-pasti-an,


karenanya, karena hidup ini bukanlah suatu kebetulan, maka tidak ada alasan untuk meredupkan keyakinan demi memulai sesuatu dan lalu menyempurnakannya."


 
Template by: Abdul Munir