" JANGAN PERNAH LUPA... GLOBAL WARMING TELAH SIAP MENGHANCURKAN BUMI INI !!!!
Have a nice day.....but don't ever forget to take a look around
.......there's must be somebody or something needs you.....

.......let's check it out.
Showing posts with label something wrong. Show all posts
Showing posts with label something wrong. Show all posts

Saturday, September 12, 2009

Thank You Malaysia....

LAGI rame nih ngomongin Malaysia, klaim sana klaim sini, caplok ini caplok itu. Saya tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran orang-orang Malaysia atau mungkin oknum Malaysia yang mau main-main dengan hak milik atau lebih tepatnya sesuatu yang sejak turun temurun berada di Indonesia, apa misinya, apa tujuan nya dan berbagai hal dibalik kembali cederanya hubungan Indonesia-Malaysia. Nah, karena ketidak mengertian saya itulah maka tidak sepantasnya saya berpikir negatif dulu terhadap Malaysia, sebuah negara yang tidak terlalu saya kenal. Yah setidaknya sampai saya bisa benar-benar menghilangkan pikiran negatif saya selama ini terhadap sebuah negara yang sudah hampir seperempat abad lebih saya kenal, Indonesia.

Tampak sekali nasionalisme bangsa Indonesia meletup-letup ketika sesuatu yang merasa miliknya disinggung, lewat dialog dan diskusi akademis, slogan, demonstrasi, protes jalanan, surat terbuka, diplomasi kenegaraan, pengumpulan dukungan melalui jejaring sosial, hingga siap sedia melancarkan perang. Nasionalisme? apa bukannya lebih tepat jika disebut fanatisme ya? bukankah bangsa kita ini memang memiliki budaya fanatik terhadap apa yang dia rasa sebagai miliknya. Lalu apa bedanya nasionalisme dengan fanatisme?

Menurut saya fanatisme bangsa indonesia memang bersumbu pendek-- lihat persepak bolaan kita, perang antar kampung, sekolah, atau lihat kejadian di solo, konflik ambon, kalimantan, sedikit saja dipancing maka tidak butuh waktu lama, emosi akan meledak, dan ledakan emosi ini adalah kumpulan amarah rasa frustasi dan lain lain yang telah tersimpan lama, karena kemiskinan, masalah keluarga, stress dan lain-lain yang mendapatkan pelampiasan langsung.

Salah satu media massa tertua di Indonesia memuat berita sebuah unjuk rasa berlabel Ganyang Malaysia, di sebuah kota di Jawa Tengah bubar, hanya karena hujan gerimis turun, beberapa aksi menarik yang telah diagendakan batal dan aksi yang sedianya berlangsung menggebu-gebu itu hanya tinggal menyisakan dua orang saja. Lalu yang namanya nasionalisme itu seperti apa? Terlepas dari apresiasi, kekaguman dan rasa hormat saya yang setinggi-tingginya terhadap para pahlawan pejuang kemerdekaan, tapi diluar itu saya sendiri pun masih sering bertanya dalam hati, apakah saya punya nasionalisme terhadap Indonesia?

Lalu jika terus menghujat Malaysia, dan ketika kemudian Malaysia meminta maaf, melakukan klarifikasi tingkat global, bahkan mungkin memberikan kompensasi kerugian, apakah lalu kita akan menyaksikan dengan bangga sajian Tari Pendet, melestarikan Reog, atau lebih dalam lagi seperti belajar membatik misalnya.

Apakah dulu sebelum ada klaim Malaysia kita membicarakan Reog dan Tari Pendet seheboh ini? Lebih dari itu sekarang pun kita sudah hampir melupakan perkembangan blok minyak ambalat, belum lagi kita benar-benar tidak pernah membicarakan keadaan saudara-saudara kita yang telah hidup turun temurun di wilayah-wilayah perbatasan, yaitu di pulau-pulau terluar Indonesia.

Perlukah membicarakan pulau Sebatik lagi? Mungkin itu adalah cerita lama, dimana rahasia umum bahwa warga negara Indonesia di Sebatik lebih merasa nyaman beraktifitas di Malaysia. Bahkan muncul pula sebutan ibu pertiwi dan bapak pertiwi di sana, mana yang ibu mana yang bapak, Indonesia atau Malaysia? Sepertinya tidak terlalu penting untuk dibahas disini sekarang.

Sedikit untuk penyegaran, beberapa kilometer ke timur kita akan menjumpai Pulau Mianggas yang masuk ke kabupaten Talaud, Sulawesi utara. Coba cek, ambil secara acak sepuluh orang saja warga Mianggas dan tengok isi dompetnya, hampir dipastikan ada mata uang Peso didalamnya, bahkan mungkin mereka sama sekali tidak membawa Rupiah. Sebenarnya wajar saja, karena jarak Mianggas dengan Filipina lebih dekat daripada dengan Pulau Sulawesi. Beberapa bendera Filipina pun dikabarkan bebas berkibar disana, uniknya salah satu alasan pengibaran bendera itu adalah sebagai upaya untuk memancing perhatian pemerintah Indonesia agar memperhatikan mereka, tapi ternyata upaya meraka itu mungkin belum cukup.

Kita melompat lagi ke terus ke timur, dan ada pulau Bepondi di sana, termasuk wilayah kabupaten Biak. Lebih kurang 530-an jiwa tinggal di pulau itu seluas 2,5 km2 itu. Kesejahteraan warganya? hmm.. jangan kan warga Pulau Bepondi, warga Papua yang pulaunya jelas-jelas selalu tercetak di peta dunia saja masih banyak yang tidak tersentuh pelayanan pendidikan dan kesehatan, apalagi warga pulau kecil Bepondi ini.

Belum lagi kalau kita membicarakan gugusan Pulau Mapia, wilayah Kabupaten Supiori, masih di Papua. Ini dia wilayah negara kita yang sangat berprospek untuk dicaplok negara lain, potensi Mapia sangat bagus untuk di bidang periakanan, pertanian dan perkebunan. Gugusan pulau yang unik menjadi daya tarik eksotis wisata petualangan dan wisata bawah laut karena keindahan biota laut yang masih belum banyak terjamah. Saya yakin beberapa negara asing yang berbatasan langsung dengan pulau ini, seperti Filipina, Papua Nugini bahkan negara kecil Republik Palau pun sepertinya telah meneteskan air liur ingin mengakui pulau ini, prospektif sekali. Saya yakin Indonesia juga sudah sejak lama menyadari prospek luar biasa wilayah ini, tapi apakah cukup hanya menyadari saja?

Lalu tanyakan kepada kesemua penduduk yang tinggal di pulau-pulau terluar itu, apakah mereka bangga menjadi warga negara Indonesia?

Atau, andai saja Pendet dan Reog bisa bicara, mungkin akan lebih jelas bagi kita semua untuk mengetahui apakah mereka berdua lebih merasa nyaman berstatus sebagai budaya Indonesia atau berstatus sebagai bagian pariwisata Malaysia.

Sekali lagi, thank you Malaysia, mungkin kalau kamu tidak berbuat curang dan berkelakuan tidak fair seperti sekarang ini, negaraku tercinta ini tidak akan serius menjaga diri, tidak akan sibuk mengamankan diri, dan akan terus meremehkan arti pentingnya kewaspadaan dan kepedulian.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Thursday, April 2, 2009

Back To The Future

SEBUAH titik jauh di depan yang selalu terlihat abstrak dan sangat samar bagi manusia yang hidup di masa kini, mungkin seperti itu gambaran masa depan. Samar tetapi siap atau tidak, bagaimanapun kondisinya, kita harus dan akan ke sana juga. Maka seorang yang datang dari masa depan adalah orang yang tepat untuk memimpin kita di masa kini karena dia tahu dan telah mengidentifikasi titik yang samar tersebut. Pemimpin yang tepat haruslah seseorang datang dari masa depan.

Jadi apakah seorang pemimpin yang tepat itu adalah seseorang yang memiliki mesin waktu kah? Yup..., tepat sekali.

Mesin waktu itu bisa berwujud ilmu pengetahuan, teknologi dan kreatifitas tingkat tinggi, pola pikir yang terbuka lebar, hati yang bisa berempati dengan orang lain serta keyakinan terhadap janji Allah.

Lalu apakah ada orang seperti itu?, menurut saya ada, tapi permasalahnya apakah kualifikasi seperti itu ada pada satu orang, atau terakumulasi dari dua, tiga, banyak orang atau malah pada sebuah lembaga?

Banyak kejadian yang menimpa negara ini, permasalahan sosial yang klasik sampai musibah alam. Seandainya sekarang pemimpin kita adalah orang yang datang dari masa depan, berbagai hal tersebut pasti bisa dicegah. ...Lho, tapi bukankah Allah telah berfirman "Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal" (At Taubah 51), jadi menurut ayat itu bukankah sesungguhnya apa yang terjadi ini sudah dituliskan olehNya? Bukankah yang terjadi ini memang harus terjadi?, oke...mungkin iya. Tapi disamping Dia telah menulis ketetapanNya, bahwa yang mati akan mati dan yang hidup akan hidup, Dia juga telah menghamparkan berluas-luas tanda-tanda kekuasaanNya, agar manusia mau berpikir.

Dan jika demikian adanya maka bukanlah hal yang sulit bagi Allah untuk menunjukkan kekuasaanNya termasuk dengan mudahnya menghidupkan seseorang yang secara logis tidak mungkin selamat atau dengan tiba-tiba mematikan seseorang detik ini juga, meskipun dia dalam keadaan sehat segar bugar.

Jika pemimpin datang dari masa depan, maka jauh-jauh hari bahkan jauh-jauh tahun sebelumnya dia pasti sudah tahu bahwa Bendungan Situ Gintung itu tidak akan berumur panjang, karena bukankah tanda-tanda fisik ke arah musibah itu sebenarnya telah teridentifikasi sejak bertahun-tahun lalu? Dan sudah sering pula dipergunjingkan warga sekitar, oke kalaupun pada kenyatannya memang sepertinya sangat sulit untuk melakukan pemugaran karena memang kondisi bendungan yang kompleks dan memiliki aktifitas non stop yang sangat tinggi, tapi upaya melalui jalan lain kan sangat banyak, para ahli konstruksi fisik bendungan, dan pakar-pakar yang berkaitan dengan teknik konservasi alam maupun para ilmuwan bidang pemberdayaan masyarakat tentu sangat paham harus melakukan apa.

Tapi sekali lagi para pemimpin kita sekarang dan pemimpin yang sudah-sudah bukan orang yang datang dari masa depan, jika pemimpin kita datang dari masa depan maka pasti dia akan tahu efek kerawanan Situ Gintung dan dia pasti sudah mengkomando para ahli itu untuk berbuat sesuatu demi mencegah akibat buruknya.

Jika pemimpin sekarang ini datang dari masa depan maka sebaiknya (seharusnya) dia telah tahu adanya "warning sign" dan mau mempelajarinya untuk kemudian berbuat sesuatu terhadap :
- Tayangan TV yang ber-efek buruk terhadap perkembangan anak-anak,
- Sekian banyaknya bangunan sekolah (terutama Sekolah Dasar) yang bolong-bolong atapnya dengan dinding miring berhias balok penyangga, menunggu giliran untuk roboh,
- Nasib orang-orang ber-KTP Indonesia yang berada di perbatasan dan di pulau-pulau terluar Indonesia, baik secara sosial ekonomi hingga psikologis,
- lulusan bergelar sarjana dan ahli madya yang makin membengkak hingga membuat ruang HRD di berbagai perusahaan menjadi makin sesak gara-gara dipenuhi tumpukan amplop berwarna coklat yang mungkin tak akan pernah tersentuh itu,
- Bayi-bayi mungil yang tidak lucu lagi karena kurang gizi,
- Gunung-gunung sampah plastik,
- Elang Jawa yang tinggal 500-an ekor saja,
- Bertambahnya rumah tidak layak huni di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung,
- Indikasi bakal terjadinya krisis air bersih,
- dan berbagai macam upaya halus untuk peng-halal-an sesuatu yang jelas-jelas haram.

...sebelum terlambat lagi, seperti biasanya....


"mencapai kesuksesan adalah efek belajar kesalahan dari masa lalu, tapi menciptakan kesuksesan baru adalah hasil belajar dan mencuri ilmu dari masa depan"

Catatan : tulisan ini sama sekali tidak bertendesi kepada seseorang atau lembaga yang sedang memimpin (berkuasa) pada saat sekarang maupun yang dulu sempat merasakan jadi pemimpin, tetapi lebih sebagai cermin pengingat bagi diri saya sendiri serta kepada beberapa (atau banyak) orang atau lembaga yang saat ini sedang berminat "mempertaruhkan hidupnya" demi menjadi seorang pemimpin baik itu sebagai kepala keluarga, ketua kelas, ketua RT sampai Kepala Negara.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Monday, February 23, 2009

"Lho, sakit kok nggak boleh...."

SUATU pagi menjelang siang, di sebuah ruang tunggu puskesmas, di satu kecamatan kecil yang setahu saya jarang muncul dalam peta, bahkan dalam peta propinsi sekalipun....

Istri : "Uhhh… ngantrinya lama kayak gini paak pak, kasiaaan anak kita badannya...aduuh...kok ya tambah panas gini to..., apa ibu bilang tadi pak, kalau kita bawa ke Mbah Guno pasti dah sembuh sekarang."

Suami : "Ibu ini gimana to?, sekali ndak boleh ya tetep ndak boleh, bapak ndak suka sama Mbah Guno, pokoknya kalau sakit ya ke puskesmas, titik."

Istri : "Oalah nak..nak, kok ya pake sakit segala to naaak... kamu itu." (berkata pada anaknya yang berusia 7 tahun yang dari tadi diam saja dipeluk ibunya, badanya panas, pucat, sepertinya dia terkena typus)

Suami : "Lho ibu ini, lha wong anaknya sakit kok ndak boleh, ini namanya musibah bu..., cobaan."

Istri : "Ya harusnya ndak boleh to pak, orang miskin seperti kita ini harusnya ndak boleh sakit, kita kan ndak punya duit, coba ini nanti kita pasti mbayarnya ndak bakalan cukup sepuluh ribu, kalau tadi ke Mbah Guno, udah ngantrinya ndak lama, mbayarnya juga boleh minggu depan pas kita selesai bantu-bantu panen sawahnya Pak Dulah."

Suami
: "Sssstt...sudah-sudah, bapak ndak mau eyel-eyelan, ibu ndak usah mikirin duit, biar nanti bapak yang nyari pinjeman, dah...malu didengar orang."

Tak berapa lama, seorang wanita setengah baya berpakaian rapi yang baru datang dan melihat sepasang suami istri ini, dia menghampiri dan menyapa mereka, wanita ini adalah guru taman kanak-kanak tak jauh dari Puskemas ini, dia penumpang langganan yang sering naik becaknya si bapak kalau pulang dari mengajar. Sepasang suami istri ini lalu menceritakan masalah mereka panjang lebar.

Ibu Guru TK : "Lho bukannya ada askeskin, trus itu Jamkesmas juga, masak bapak gak punya sih?"

Suami : "Ap..apa ..as..ak..sek.. ? Eh apa tadi?"

Ibu Guru TK : "Askeskin, dah punya kan?"

Suami : (sambil menatap istrinya) "Emang kita punya bu?"

Istri : (geleng-geleng kepala) "Lha punya ndak ya? Ibu juga ndak ngerti pak...."

Ibu Guru TK : Itu lo pak, bu, kartu yang bisa buat minta keringanan jaminan kesehatan bagi yang kurang mampu, asuransi kesehatan untuk masyarakat miskin… Kalau Jamkesmas?, belum pernah dengar juga? Tetangga tetangga sekampung juga nggak ada satupun yang punya?, Pak lurah atau petugas penyuluh apa belum pernah ngasih tau?"

Suami : "Wah ndak ngerti juga ya, la wong Pak lurah itu sering ketemu saya di mushola juga ndak pernah ngomongin itu kok, itu apa itu yang tadi itu.. kalau petugas penyuluhan ada, tapi setahu saya ya cuma ngomongin pupuk tablet sama kemarin ngasih contoh benih jagung unggul, dah itu tok kayaknya...."

Ibu Guru TK : “Bukan, bukan penyuluh pertanian pak, tapi penyuluh yang dari dinas kesehatan… Emmm..tapi keluarga bapak terdaftar dalam Gakin nggak sih?"

Suami : (tampak berpikir sebentar, mengingat-ingat sesuatu) "Ooo oo…o.. iya apa yang katanya Kang Giman dulu itu apa ya yang katanya ngurus surat bantuan pemrentah ke kelurahan tapi ndak jadi wong ngurusnya repot, ribet, lama, kesono kemari bolak balik ndak selesai-selesei itu."

Istri : "Oh iya iya inget aku pak, waktu kita njenguk istrinya yang kecelakaan itu kan…? Tapi kalau Kang Giman masih mending itu, kan dia tinggalnya jauh di kota sana to pak, mau ngapa-ngapa juga gampang, ngurus macem-macem ke kantor-kantor juga deket…"

Ibu Guru TK : "Waduh sayang banget ya, padahal dana yang diajukan depkes pusat ke DPR itu sampai trilyunan katanya, bener lo pak, bu, tiga trilyun berapa gitu."

Suami : "Weleh weleh buuanyak ya, ck ck ck, itu buat orang miskin semua to?"

Ibu guru TK : "Iya, ya itu semua katanya buat membiayai pengobatan masyarakat kurang mampu,kalau tahun ini sih kalau nggak salah cuma satu trilyun saja yang diajukan ke komisi sembilan DPR, itu buat orang miskin yang jumlahnya kalau nggak salah lebih dari 60 juta orang, itu yang kedaftar lo pak, padahal nggak cuma segitu lo harusnya. Eh, tapi...tapi kabarnya, kabarnya lo ini, kabarnya masih banyak puskesmas dan rumah sakit yang sudah ngasih keringanan biaya bagi warga miskin eh malah belum dapat uang ganti dari pemerintah, ya mereka jadi bingung kan, makanya banyak rumah sakit yang mempersulit bahkan nolak warga miskin berobat, lha kalau minta ganti ke pemerintah nggak dikasih-kasih, kan lama-lama bisa bangkrut rumah sakitnya ngasih gratisan terus, bener nggak...?"

Istri : "Tuh kan pak... (sambil melirik dan mencibir suaminya), makanya percaya to sama Mbah Guno, dukun-dukun kayak mereka tuh jadi pahlawan, penyelamat buat kita pak, berkah buat orang miskin kayak kita ini, kalau ndak ada dukun-dukun kayak Mbah Guno terus gimana kita?"

Suami : "Ya ampun bu...bu..., nyebut, istighfar, kok masih ngeyel terus, ibu ndak sadar apa, Gusti Allah yang Maha Kuasa itu kalau ngasih cobaan dan nguji iman umatnya itu caranya macem-macem bu, ya kayak gini ini salah satunya...."

(bersambung...entah kapan, entah dimana, tapi nggak janji yaa)
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Saturday, July 12, 2008

SEHARUSNYA BUKAN RAKYAT YANG BUTUH PENDIDIKAN, TAPI NEGARA INI LAH YANG BUTUH RAKYAT TERDIDIK

Sampai detik ini pola pikir kita secara umum masih menganggap bahwa sebagai rakyat kita harus meminta-minta belas kasihan menawar bahkan sampai mengemis, memohon dengan berbagai cara agar harga pendidikan yang mahal ini bisa turun sedikit, ini salah, kita dan negara ini harus segera sadar bahwa bukan rakyat yang butuh pendidikan tapi, tapi negara ini lah yang butuh rakyat terdidik.

Keadaan ini kacau dan terbolakbalik terus, liat saja ganti ganti nama yang tiap menteri baru selalu ada nama yang diubah SMA jadi SMU sekarang SMA lagi. Dengan perubahan nama yang tanpa perubahan kualitas dan cara ajar yang signifikan tentu tak banyak yang diuntungkan, ya paling paling yang untung ya yang megang proyek masang papan nama baru ama pihak yang ngurusin bukubuku baru aja.

Tampak sekali di sini ada dua pihak dalam kasusu ini pihak pertama adalah warga negara yang butuh sekolah dan penyedia pendidikan yang dalam hal ini baru dibutuhkan. Layaknya seseorang yang baru dibutuhkan dimintai tolong, pada saat itu juga dia menjadi jual mahal dan banyak mintanya, mau menolong asal nanti dikasih ini lah itulah dll.

Mahalnya biaya pendidikan adalah buktinya, peningkatan kesadaran pendidikan membuat orang yang butuh sekolah pun meningkat dan ini berbanding lurus dengan mahalnya biaya pendidikan. Akhirnya mau tak mau, ikhlas nggak ikhlas, ridho nggak ridho, rela nggak rela, rakyat akan tetap sekolah dengan membayar biaya mahal pendidikan tanpa jaminan kualitas yang sepadan dengan harganya itu. Rakyat kalah dan mau mengalah demi sebuah tradisi dan keharusan untuk nama baik keluarga masing-masing.

Perguruan tinggi negeri yang sejak dulu menjadi target impian bagi masyarakat tidak mampu untuk punya kesempatan mencicipi bangku kuliah pun kini telah menjadi sebuah ladang komersil, sebuah tempat istimewa yang hanya bisa dimasuki oleh mereka yang punya laptop, punya handphone seharga minimal satu juta rupiah dan mengantongi credit card (yang mungkin atas nama ayahnya). Tentang beasiswa ? yah semoga saja benda yang satu ini, benda yang berlabel obyektif ini, bisa lebih obyektif.

Kita tidak sedang membicarakan akibat dari kenaikan bbm dan kenaikan harga barang barang lain yang bisa dijadikan alasan biaya pendidikan ikut naik, tapi kita sedang membicarakan mengenai pelayanan terhadap sesuatu (baca:rakyat yang pingin sekolah) sebagai investasi yang jika disevis dengan baik maka benefitnya kelak bisa digunakan untuk merekonstruksi negara ini sedikit demi sedikit menjadi lebih terhormat. Karena biaya pendidikan ini seharusnya tidak disatukan dengan neraca keuangan pemasukan –pengeluaran kebutuhan akan BBM itu.

Negara ini benar-benar amat sangat butuh rakyat yang terdidik, yang brilian, yang jenius, yang inovatif. Rakyat bukanlah konsumen yang bisa dipermainkan dengan hegemoni tapi rakyat adalah modal itu sendiri modal bagi negara sebagai produsen untuk menciptakan esuatu yang berharga.


Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Mental Bo’ong Bangsa Ini Demikian Kondangnya

Verifikasi KPU menemukan bahwa beberapa partai yang mendaftar menggunakan alamta palsu, bahkan ada salah satu partai yang ketika dicek alamtnya adalh tempat pemakaman umum. Sebenarnya maunya apa sih?
Mungkin pertanyaaan ini tidak perlu lagi disampaikan karena jelas jawabanya adalah uang. So...mereka ingin mendapat uang lewat berpolitik, salahkah itu…ngak juga sih, its oke. Dan politik pada ujugnya adalah untuk mendapatkan kekuasaan dan kekuasaan ini tentunnya ada dalam pemerintahan, dan pemerintahan adalah untuk rakyat. Dan rakya menginginkan pemerintahan yang berpihak padamereka, membuat mereka sejahtera dan meningkatka kualitas hidupnya. Lha kalau sudah begini nggak klop dong…rakyat pingin sejahtera orang orang pemerintahaan yang tentunya masuk dari parpol juga ingin sejahtera. anggap saja yang namanya kesejahteraan itu misalnya bernilai tanggung Rp 75,- dan harus dibagi dua, dan pada masa sekarang uang koin terkecil yang masih bisa ditemui sekalipn sangat sulit adalah Rp 50,- dan Rp 25,- karena uang pecahan Rp 10 atau Rp 5,- mungkin sudah hilang ditelan bumi. Jadi kalau mau membagi dua ya..pasti harus ada yang mengalah. Satu pihak dapat Rp 50,- dan pihak lainnya Rp 25,-. Oke silakan tebak sendiri siapa yang dapat lebih banyak…..
Yang pasti kalo dari awalnya aja udah suka boong, ya nanti nantinya pasti gak bakalan jauh dari boong…
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Empat Mata Trans 7, Episode Jumat 11 Juli 2008, Bikin Malu Bangsa....

Pertanda apa ini? Acaranya Tukul pada episode itu benar benar bisa membikin tersenyum, bukan karena lucunya tapi karena prihatin dan bagi yang sadar dan sedikit punya kepekaan kejadian pada episode itu harus menjadi warning sign bahwa kehancuran negara ini sudah berada dalam prosesnya.

Kejadiannya adalah saat Pepi membacakan pertanyaan rebutan kepada dua selebriti muda Nikita Willy dan Kevin (anaknya Memes-Adi MS). Pertanyaannya adalah “sebutkan bunyi sila ke empat Pancasila”. Tak buituh waktu lama Nikita menjawab, dengan sedikit ragu dia menyebutkan sila keempat itu, belepotan dan kacau balau. Untuk seseorang yang masih berstatus pelajar dan setiap seminggu sekali mengikuti upacara bendera kejadian ini benar-benar memprihatinkan. Terlepas pada saat itu dia sedang blank, lagi nervous atau banyak pikiran seharusnya peristiwa ini tidak terjadi di TV nasional yang siarannya juga bisa ditangkap di manca negara itu. Tidak cukup sampai disini, ketika giliran Tukul yang gantian disuruh menyebutkan Sila ke 4 Pancasila, saya pikir dia akan bisa menyebutkan dengan benar dan menyelamatkan kehormatan TV show ini dihadapan berjibun pasang mata, tapi ternyata sama saja meski sedikit lebih lumayan karena dia cuma kelupaan kata “hikmat”. Pertanyaan berikutnya pun sama saja, jawaban keliru, yaitu pertanyaan mengenai gambar lambang sila “Persatuan Indonesia” .

Parahnnya lagi hampir semua penonton tertangkap kamera tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan adegan itu. Kejadian itu boleh bikin geli tapi itu bukan sesuatu yang lucu, bukan sebuah kejadian yang pantas ditertawakan.

Oke mungkin banyak yang megnaggap hal ini simple dan tidak perlu dibesar besarkan tapi mari kita lihat realitas role model atau figur teladan yang ditampilkan oleh para anak muda yang rajin tampil di TV itu, yang menyanyi maupun main sinetron. Pesan moral apa yang bisa mereka tebar bagi para fansnya, terlebih bagi fans yang masih kanak-kanak (dibawah usia 10 tahun) yang kini idolanya, bahkan acara TV dan lagu favorit yang sering dinyanyikannya adalah untuk konsumen dewasa. Apa nilai positif yang bisa diambil dari para selebriti TV itu, yang untuk sekedar menyebutkan sila ke empat Pancasila saja tidak becus ?
Bangsa ini adalah bangsa yang berbudaya bangsa yang punya nama dan menjadi bagian dari dunia karena darah pejuang yang tumpah, darah pejuang yang tidak bisa menggantikan nafkah bagi anak isterinya yang ditinggal berjuang, bangsa ini adalah sebuah janji dan cita-cita demi sebuah harga diri.

Jangan pernah melihat Pancasila beserta simbol-simbolnya, Naskah Sumpah Pemuda dan lagu-lagu perjuangan itu sebagai benda usang, atau sebagai sekedar sejarah yang sudah tidak uptodate, atau memandang bahwa semua itu sudah tidak relevan lagi untuk masa sekarang yang cenderung mengedepankan intelektualitas dan teknologi. Mari kita pahami secara global esensi dari berbagai peninggalan “tua” perjuangan kemerdekaan ini, esensi yang menjadi simbol sebuah kelahiran satu bangsa besar untuk suatu cita-cita nasionalisme, idealisme untuk kemerdekaan, harga diri, fighting spirit, kehormatan, persatuan, nilai moral, budaya kebersamaan, janji setia, persaudaraan, persahabatan, hidup dan kehidupan yang merdeka, tanggung jawab, target dan cita-cita, mimpi dan harapan, pengabdian, loyalitas, pengorbanan, doa dan rasa syukur kepada Tuhan.

Coba ingat-ingat kapan terakhir kali kita melafalkan dengan lisan, bukan hanya membaca dalam hati, kelima sila Pancasila dan Sumpah Pemuda ? Dan kapan terakhir kali kita menyanyikan dengan lantang, total secara penuh dari awal sampai akhir, lagu Indonesia Raya, Padamu Negeri dan 17 Agustus ? Bagi yang sudah lama dan sedikit sedikit lupa mari kita mengingatnya kembali klik disini..

Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Wednesday, June 4, 2008

KITA TANPA SADAR BISA TIBA-TIBA MENJADI PENJAHAT YANG KEJAM, KARENA KITA PUNYA POTENSI SEBAGAI SEORANG PEMBUNUH

Kita tanpa sadar bisa menjadi penjahat yang kejam karena kita punya potensi sebagai pembunuh.
Mungkin setalah membaca kalimat tersebut kita akan menyangkal atau membela dri kita bahwa tidak mungkin akan melakukan hal itu, saya kan orangnya penyayang, taat beribadah dan selalu menolong orang karena saya orangnya tidak tegaan. Untuk detik ini dan dalam kondisi normal mungkin benar, tapi percayalah anda bisa dengan mudah keluar dari sifat anda tersebut, jadi berhati-hatilah.
Kita tahu yang mana perbuatan salah dan yang mana tang benar, tapi sayangnya secara manusiawi manusia selalu akan mengikutu perilaku kelompok dan budaya dimana dia berada. Sebuah tindakan yang salah dan keji sekalipun akan dilakukan oleh seseorang tanpa merasa bersalkah ketika perbuatan salah ini dilakukan secara bersama-sama. Bersama sama adalah aman karena dengan bersama sama tanggung jawab akan menjadi ringan.
Masih ingat berbagai kerusuhan yang terjadi pada awal masa reformasi dulu, pembantaian etnis keturunan, pembakaran toko dan penjarahan. Oke kita mulai dari tindakan penjarahan dahulu, pada waktu itu ketika toko-toko dirusak dan dibakar puluhan orang merangsek masuk ke toko dan mengambil berbagai barang yang sebenarnya bukan haknya, suatu pembenaran telah masuk kedalam otak mereka yang entah seperti apa tapi pembenaran itu telah mendorong mereka melakukan perampokan secarabersamasama, sekali lagi secara bersama-sama, karena pada kondisi normal bisa dipastikan tiap tiap orang yang ikut menjarah itu tidak akan mau melakukan hal ini sendirian.
Pernah lihat copet yang digebukin? Atau mungin malah ikut-ikutan memukili? Saya sendiri pernah. Terlepas dari apakh memang dia copetnya atau cuma difitnah, terlepas dari apakah orang itu mencopet karena harus memberi makan ke empat anaknya yang masih kecil dan sedang sakit, dan terlepas dari apakh orang itu mencopet dompet seorang koruptor kelas kakap yang menggerogoti uang rakyat, hal-hal itu tidak akan dipedulikan yang ada dalam pikiran hanyalah dia itu copet dan inilah kesempatan untuk menghakimi. Tidak tahu apa yang ada dlam pikiran seseorang yang memukuli copet itu, apakah dia memukuli karena ingin menegakkan keadilan, atau karena pingin membuat jera, atau memukuli hanya untuk melampiaskan emosi saja mumpung ada objek gratis, atau karena sekedar ikut-ikutan mumpung gak ada yang menyalahkan? niat awal hanya ingin memberi pelajaran atau hanya sekedar membantu teman menangkap copet bisa berubah drastis menjadi niat menyakiti sebagai pelampiasan, didalam kepala bukan lagi copet tapi menjadi samsak latihan tinju. Bahkan seringkali dalam proses memukuli orang tersebut ada orang yang tadinya hanya sekedar lewat tapi begitu dia tahu ada ramai-ramai lansung nimbrung dan ikut memukili tidak jarang malah orang yang baru datang ini tindakannya lebih brutal. Bahkan sering pula kejadian seorang copet yang dibunuh dengan sadis, dibakar hidup hidup misalnya. Ngeri juga kan, dan tindakan pembunuhan keji itu bisa dilakukan setiap orang disekeliling anda, orang yang kita kenal baik dan penyayangpun biasa saja tiba tiba berbuat seperti itu, bahkan anda sendiri tanpa sadar bisa berbuat seperti itu. ingat dia juga manusia
Biasanya orang yang sudah berada dalam kondisi emosional tidak memikirkan hal lain kecuali hanya pelampiasan dan jika sasarannya pelampiasan itu ada secara gratis dan ada temannya pula maka tidak akan berpikir dua kali untuk menyianyiakan kesempatan ini.
Beberapa waktu lalu terjadi konflik antar polisi dengan mahasiswa, yang mengakibatkan polisi masuk ke dalam kampus hingga kemudian menhancurkan berbagai benda yang ditemui, kemudian beberapa waktu ketika terjadi demo di depan sebuah kampus di Jakarta seorang polisi tua menjadi objek aniaya oleh sekelomok orang yang bergabung dengan mahasiswa, hingga kejadian terbaru di lingkungan Monas ketika masa FPI yang membabibuta memukuli kelompok masa aliansi kebangsaan tanpa ampun hingga mengakibatkan beberapa orang luka sangat parah. Pada awalnya orang-orang FPI mungkin hanya berniat mengusir orang orang aliansi kebangsaan itu dan membubarkan aktivitas mereka demi tegakknaya syariat Islam karena disinyalir kelompok ini mendukung eksistensi ahmadiyah, tapi kemudian apa yang ada dalam pikiran masa FPI ketika mereka mulai mengayunkan tongakatnya memukul orang lain sesama manusia, dikepala mereka mungkin bukan lagi demi syariat Islam tapi sudah bergeser kepada pelampiasan emosi, pelampiasan stress, dan kebetualan ada objek gratis yang menjadi halal untuk disakiti dan akhirnya tindakan kekerasan ini menjadi sangat sulit dikendalikan tidak peduli apakah orang lain yang sesama manusia ini telah babak belur hancur tidak berdaya bahkan mungkin hampir mati, terlebih karena hampir semua orang dalam kelompok mereka secara bersama-sama melakukan hal itu dan inilah pembenaran dari suatu tindakan yang sebenarnya salah itu. Dan sekali lagi berhati-hatilah karena kita semua yang mungkin miris dan mengecam tindakan kekarasan seperti itu bisa tiba-tiba melakuakn kekerasan yang sama terlebih ketika teman-teman kita dan semua orang di dekat kita bersama-sama melakukan suatu tindakan kekerasan. Karena memang tindakan diluar kontrol seperti itu sangat manusiawi, karena kita memang manusia yang selalu dikelilingi setan dan penuh dengan beban pikiran. Pengendalian diri memang sangat sulit karena kita tidak tahu seberapa sadar kita ketika berada di dalam suatu situasi dan kondisi yang lain yaitu misalnya ketika berada dalam kondisi yang panas dan penuh stress, diluar kondisi sekarang ini yang sedang kita rasakan pada detik ini misalnya.
Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana agar kita tidak terjebak dalam tindakan yang tidak terkendali itu? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Tapi setidaknya dengan tulisan ini akan sedikit banyak mengingatkan kita agar berhati-hati dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan karena percayalah sewaktu-waktu tanpa disadasri kita bisa tiba-tiba menjadi seorang penjahat yang kejam.

Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

Saturday, May 31, 2008

SIAPA YANG MENCANANGKAN VISIT INDONESIA YEAR, DAN SEKARANG SIAPA PULA YANG TELAH MENGHAMBATNYA ?

Menjadi dilema ketika pada tahun ini dicanangkan sebagi tahun kunjungan wisata yang katanya dengan berbagai kemudahan dan peningkatan kualitas tapi pada tahun ini pula pelaku bisnis perjalanan pariwisata yang notabene ujung tombak kunjungan pariwisata harus menaikkan harga.
Jika memang kunjungan wisata ini benar-benar mau diwujudkan maka seharusnya segala hal yang bisa mendukung dan menghambatnya harus benar-benar diperhitungkan. Pelaku bisnis perjalanan wisata sekarang kebingungan ketika mereka benar-benar mau mempromosikan perjalanan wisata yang tentu bagian utama dalam suatu promosi itu adalah harga yang terjangkau, tetapi apa daya bbm sekarang naik dan promosi harga miring itu kini tidak mungkin terwujud. Lalu imbasnya tahun kunjungan wisata kali ini bakalan sama saja seperti tahun tahun sebelumnya yang hanya gonta-ganti logo, utak-atik slogan dan visit indonesia cuma menjadi agenda tahunan saja, tidak lebih.
Naiknya haraga jual wisata akibat biaya transportasi yang naik ini pasti akan berdampak signifikan pada segmen lain, kenaikan bbm akan berpengaruh pula pada kenaikan semua harga termasuk biaya penginapan, harga makanan, sewa prasarana wisata dan lain-lain.
Para wisatawan tentu akan berpikir ulang ketika mau melakukan perjalanan wisata karena dengan kualitas tempat wisata dan pelayanan wisata yang begitu begitu saja dari tahun ketahun tanpa suatu lompatan kualitas yang bisa dibanggakan, kini mereka harus merogoh kantong lebih dalam dari tahun-tahun sebelumyna akibat bbm yang jadi mahal. Harga naik konsumen pasti turun.
Kalau sudah begini selamat mensuksekan tahun kunjungan wisata 2008 dengan penurunan minat berwisata.
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

SATU PEMBODOHAN APALAGI IN I ?

Lagi dan datang lagi isu-isu aneh yang membikin riuh pemberitaan di indonesia. Sms santet. Sms yang katanya memakai huruf merah ini akan menyebabkan sakit atau kematian bagi yang membukanya, isu ini dilanjutkan dengan peringatan-yang juga lewat sms- yang menyebutkan bahwa pada jam-jam tertentu radiasi infrared dari hp akan menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia.
Semua orang membicarakannya, sampai sampai sebuah stasiun tv swasta cerdik melihat peluang dengan mengundang Roy Suryo untuk menjelaskan secara cerdas dan masuk akal mengenai isu ini, pakar telematika ini memastikan bahwa isu ini bohong. Menurutnya sms-sms ini adalah disebarkan pertama kali dari sesorang yang berada di suatu daerah di Riau, tentu saja keberhasilan proyek menyebarkan isu ini adalah karena adanya satu jaringan yang membentuk pola berantai hinga menjadikan sms ini meyakinkan, dan menurut Roy, kini penyebar sms ini telah diamankan Polisi.
Lalu apa motif dibalik penyebaran sms ini, untungnya apa sih? Iseng? Bisa saja tapi melihat momen yang bersamaan dengan rencana kenaikan harga BBM cara-cara pengalihan perhatian dengan berbagai kejadian, isu atau berita spektakuler dan pastinya sangat menarik untuk dibicarakan ini menjadi senjata strategis. Semua orang yang paham tentu sudah tahu atau masih ingat ketika setiap ada suatu kasus atau isu di tingkat pemerintahan yang biasanya kontroversial hampir selalu ada berita menarik lain, video porno baru, kasus atau kejadian langka yang menimpa artis yang sedang tenar, hingga sms-sms pembodohan tadi.
Patut disayangkan adalah kita sekarang harus semakin yakin dan khawatir karena pada kenyataannya kita mudah sekali dipermainkan dengan teknologi. HP sebagai benda kecil yang kini hampir semua orang punya, hingga anak-anak yang baru beberapa bulan lalu bisa menghapal huruf A sampai Z kini sudah pegang HP menjadi benda yang amat sangat berguna baik dari sisi positif dan negatif. Bagi anak-anak dan remaja hal negatif bagi perkembangan diri dan pembentukan karakter bisa menjadi warning. Semua bisa dilakukan hanya dengan memegang HP sambil tiduran, nonton video porno, membuka website khusus dewasa, menerima info dan sms menyesatkan, bermain judi hingga menjadi anti sosial dan kebiasaan menunda pembicaraan dengan oranglain, menunda pekerjaan, menunda sembahyang sampa rasa laparpun bisa hilang kalau anak-anak sudah sms-an, chating dan nge-game. Bukan masalah besar? Oke, memang setiap orang punya hak untuk menilai dan menentukan sikap dalam menanggapi suatu masalah. Tapi bersikap waspada dan tetap berada dalam kontrol adalah suatu tindakan yang sangat tepat untuk menghindari suatu kekecewaan dan penyesalan ketika suatu akibat buruk telah terjadi dan menjadi terlambat. Who knows ?
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

NGAPAIN SIH 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL HARUS DI BESAR-BESARKAN ?

Sejak awal bulan Mei ini peringatan 100 tahun kebangkitan nasional sudah mulai digembargemborkan hingga sepertinya terasa special dan memang sih jadi lebih terasa semangatnya dibandingkan peringatan-peringatan hari kebangkitan nasiaonal tahun-tahun sebelumnya yang jujur saja sepertinya terkesan biasa-biasa saja, seperti perinagatanperingatan lain yang cuma sekedar lalu. Lalu kenapa angka 100 jadi istimewa, apa karena itu nomor cantik?
Kalau begitu siap-siap saja kebangkitan nasional berikutnya akan terasa meriah pada angka 200, 300 dst.
Kenapa harus menunggui angka 100 untuk benar-benar memahami semangat kebangkitan para pemuda Stovia yang punya greget dan orientasi utuk bangkit mengangkat harga diri bangsa, menyatukan perbedaan untuk kemerdekaan.
Ada apa dengan angka 99, 98, 97 atau angka 80, 79, 78 dan seterusnya ? kenapa pada peringatan dengan angka-angka selain 100 tidak istimewa ? kenapa harus menunggu 100 tahun bagi saya, anda dan banyak orang, bagi berbagai media, bermacam dialog, seminar dan wacana baru mengistimewakan dan menjadikan peringatan ini sebagai titik tolak menuju perbaikan? Kenapa tidak tahun lalu, sepuluh tahun lalu, atau dua puluh tahun lalu peringatan ini dijadikan titik tolak ? Jika saja sejak sekian tahun lalu semangat kebangkitan ini sudah dijadikan titik tolak, mungkin sekarang pada peringatan 100 tahun ini bukan lagi menjadi titik tolak tapi kita sudah benar benar siap melompat dengan jiwa kebangsaan, nasionalisme, dan ideologi yang kompak.
Ngomong-ngomong masalah bangkit, lalu kebangkitan seperti apa yang harus kita capai, modalnya apa, caranya bagaimana dan kalu sudah bangkit terus kita mau ngapain ?
Apakah peringatan ke 101 besuk tetap membawa semangat yang tinggi atau kembali lesu, apakah kita harus menunggu 100 tahun lagi untuk punya semangat bangkit ?
Jangan klik di sini ya kalau nggak ingin baca kelanjutannya....

" ...yang kemudian hadir dan terjadi bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia,

pertemuan dan perpisahan, ada dan tiada, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, tampak dan samar, benar dan salah adalah berbentuk pertanyaan dan jawaban yang terdesain sedemikian rupa menjadi sebuah kepastian dan sama sekali bukan ke-tidak-pasti-an,


karenanya, karena hidup ini bukanlah suatu kebetulan, maka tidak ada alasan untuk meredupkan keyakinan demi memulai sesuatu dan lalu menyempurnakannya."


 
Template by: Abdul Munir