" JANGAN PERNAH LUPA... GLOBAL WARMING TELAH SIAP MENGHANCURKAN BUMI INI !!!!
Have a nice day.....but don't ever forget to take a look around
.......there's must be somebody or something needs you.....

.......let's check it out.

Monday, February 2, 2009

PUNGGUK MERINDUKAN "WISUDA"

Ngelmu iku, kalakone kanthi laku.
lekase lawan kas,
tegese kas nyantosani,
setya budya pangekese dur angkara.

(Ilmu Pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan belajar sunguh-sungguh,
dengan ketekunan, keuletan dan pantang menyerah,
mampu mengatasi tantangan hidup,
serta menahan nafsu angkara murka.)

Beberapa hari yang lalu waktu bersih-bersih rak buku, saya menemukan kembali sebuah makalah tulisan Dr. Purwadi, dosen Filsafat Jawa UGM, dan kalimat bahasa Jawa tersebut saya kutip dari makalah itu. Selain isinya yang cukup menarik, yaitu mengenai Peranan Ilmu Pengetahuan Dalam Pembangunan Bangsa, makalah itu juga mengingatkan saya pada beberapa tahun lalu, ketika saya dan seorang partner kerja di BEM, kakak angkatan yang sekarang mengajar sebagai dosen di UIN Jogja, muter-muter kesana-kemari mencari-cari kediaman Dr. Purwadi tersebut untuk mengundangnya menjadi pembicara pada Kuliah Akbar di UNS Solo, dan itulah makalah untuk acara tersebut.

Mencari ilmu memang tidak mudah, banyak tantangan, hambatan dan bahkan godaan untuk menyerah. Mencari ilmu memang harus bersungguh-sungguh, sayangnya disadari atau tidak kadang-kadang (bagi sebagian orang) puncak gairah kesungguhan yang setinggi-tingginya itu baru muncul ketika waktu mencarinya hampir habis, tertekan karena keadaan yang mengecewakan, atau malah ketika kesempatan itu sudah hampir terutup, bukan pada saat terdapat waktu dan kesempatan yang masih longgar. Ngomong-ngomong masalah kesempatan yang hampir tertutup itu saat ini sudah mulai akan dialami oleh kita atausaudara-saudara kita yang belum bisa disebut sebagai "orang kaya".

Seperti yang sudah kita tahu, semua Perguruan Tinggi tidak lama lagi akan bestatus sebagai Badan Hukum, dan segera setelah itu semua sekolah menengah akan menyusul. Badan Hukum pendidikan akan memberikan otonomi bagi tiap lembaga pendidikan mengatur dan menentukan hidupnya sendiri, sekalipun menurut pemerintah tetap akan diawasi dan dikendalikan tetapi prosentase pengawasan itu tentu tidak akan banyak mengintervensi. Bagaimanapun, masa sekarang ini adalah masa perdagangan, dan Indonesia sendiri adalah anggota dari organisasi perdagangan dunia.

Semua lembaga yang mandiri berotonomi tidak akan mungkin menolak arus perekonomian, karena jika tidak dia pasti akan kolaps, kalah bersaing. Dan di sinilah potensi komersialisasi pendidikan itu kelak akan muncul tatkala kran globalisasi perdagangan semakin lebar terbuka, iming-iming investor asing akan berseliweran, membaca pasar dan mencari peluang. Investasi komersil selalu berujung pada strategi mencari keuntungan. Akhirnya potensi mencari laba Itulah yang dikhawatirkan. Konsumen pendidikanlah pangsa pasarnya. Sekolah mahal, makin banyak orang berpikir sekian kali untuk menuntut ilmu di sekolah.

Mau jadi orang pinter, atau setidaknya diakui sebagai orang pinter memang mahal harganya. Kata "mahal" itu sendiri memang tidak hanya mengarah pada materi, tapi jika bersingguingan dengan makkhluk yang namanya pendidikan kata "mahal" itu selalu adalah sebuah kenyataan pahit bagi masyarakat ekonomi lemah.

Namun demikian apapun yang akan terjadi pada status badan hukum dalam lembaga pendidikan di Indonesia, semoga saja "pendidik adalah tetap sebagai pengganti orang tua di luar keluarga, pembimbing dan pengasuh anak bangsa" dan "peserta didik tetap sebagai anak didik yang menjadikan pendidik layaknya sebagai orang tuanya sendiri dan sekolah layaknya sebagai rumah kedua". Semoga kelak tidak bergeser menjadi "pendidik adalah penjual dan anak didik adalah pembeli, yang harus saling bergulat demi mengkonversi interaksi menjadi hitungan laba."

0 comments:

Post a Comment

" ...yang kemudian hadir dan terjadi bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia,

pertemuan dan perpisahan, ada dan tiada, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, tampak dan samar, benar dan salah adalah berbentuk pertanyaan dan jawaban yang terdesain sedemikian rupa menjadi sebuah kepastian dan sama sekali bukan ke-tidak-pasti-an,


karenanya, karena hidup ini bukanlah suatu kebetulan, maka tidak ada alasan untuk meredupkan keyakinan demi memulai sesuatu dan lalu menyempurnakannya."


 
Template by: Abdul Munir