" JANGAN PERNAH LUPA... GLOBAL WARMING TELAH SIAP MENGHANCURKAN BUMI INI !!!!
Have a nice day.....but don't ever forget to take a look around
.......there's must be somebody or something needs you.....

.......let's check it out.

Saturday, July 12, 2008

SEHARUSNYA BUKAN RAKYAT YANG BUTUH PENDIDIKAN, TAPI NEGARA INI LAH YANG BUTUH RAKYAT TERDIDIK

Sampai detik ini pola pikir kita secara umum masih menganggap bahwa sebagai rakyat kita harus meminta-minta belas kasihan menawar bahkan sampai mengemis, memohon dengan berbagai cara agar harga pendidikan yang mahal ini bisa turun sedikit, ini salah, kita dan negara ini harus segera sadar bahwa bukan rakyat yang butuh pendidikan tapi, tapi negara ini lah yang butuh rakyat terdidik.

Keadaan ini kacau dan terbolakbalik terus, liat saja ganti ganti nama yang tiap menteri baru selalu ada nama yang diubah SMA jadi SMU sekarang SMA lagi. Dengan perubahan nama yang tanpa perubahan kualitas dan cara ajar yang signifikan tentu tak banyak yang diuntungkan, ya paling paling yang untung ya yang megang proyek masang papan nama baru ama pihak yang ngurusin bukubuku baru aja.

Tampak sekali di sini ada dua pihak dalam kasusu ini pihak pertama adalah warga negara yang butuh sekolah dan penyedia pendidikan yang dalam hal ini baru dibutuhkan. Layaknya seseorang yang baru dibutuhkan dimintai tolong, pada saat itu juga dia menjadi jual mahal dan banyak mintanya, mau menolong asal nanti dikasih ini lah itulah dll.

Mahalnya biaya pendidikan adalah buktinya, peningkatan kesadaran pendidikan membuat orang yang butuh sekolah pun meningkat dan ini berbanding lurus dengan mahalnya biaya pendidikan. Akhirnya mau tak mau, ikhlas nggak ikhlas, ridho nggak ridho, rela nggak rela, rakyat akan tetap sekolah dengan membayar biaya mahal pendidikan tanpa jaminan kualitas yang sepadan dengan harganya itu. Rakyat kalah dan mau mengalah demi sebuah tradisi dan keharusan untuk nama baik keluarga masing-masing.

Perguruan tinggi negeri yang sejak dulu menjadi target impian bagi masyarakat tidak mampu untuk punya kesempatan mencicipi bangku kuliah pun kini telah menjadi sebuah ladang komersil, sebuah tempat istimewa yang hanya bisa dimasuki oleh mereka yang punya laptop, punya handphone seharga minimal satu juta rupiah dan mengantongi credit card (yang mungkin atas nama ayahnya). Tentang beasiswa ? yah semoga saja benda yang satu ini, benda yang berlabel obyektif ini, bisa lebih obyektif.

Kita tidak sedang membicarakan akibat dari kenaikan bbm dan kenaikan harga barang barang lain yang bisa dijadikan alasan biaya pendidikan ikut naik, tapi kita sedang membicarakan mengenai pelayanan terhadap sesuatu (baca:rakyat yang pingin sekolah) sebagai investasi yang jika disevis dengan baik maka benefitnya kelak bisa digunakan untuk merekonstruksi negara ini sedikit demi sedikit menjadi lebih terhormat. Karena biaya pendidikan ini seharusnya tidak disatukan dengan neraca keuangan pemasukan –pengeluaran kebutuhan akan BBM itu.

Negara ini benar-benar amat sangat butuh rakyat yang terdidik, yang brilian, yang jenius, yang inovatif. Rakyat bukanlah konsumen yang bisa dipermainkan dengan hegemoni tapi rakyat adalah modal itu sendiri modal bagi negara sebagai produsen untuk menciptakan esuatu yang berharga.


0 comments:

Post a Comment

" ...yang kemudian hadir dan terjadi bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia,

pertemuan dan perpisahan, ada dan tiada, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, tampak dan samar, benar dan salah adalah berbentuk pertanyaan dan jawaban yang terdesain sedemikian rupa menjadi sebuah kepastian dan sama sekali bukan ke-tidak-pasti-an,


karenanya, karena hidup ini bukanlah suatu kebetulan, maka tidak ada alasan untuk meredupkan keyakinan demi memulai sesuatu dan lalu menyempurnakannya."


 
Template by: Abdul Munir