" JANGAN PERNAH LUPA... GLOBAL WARMING TELAH SIAP MENGHANCURKAN BUMI INI !!!!
Have a nice day.....but don't ever forget to take a look around
.......there's must be somebody or something needs you.....

.......let's check it out.

Saturday, July 12, 2008

Empat Mata Trans 7, Episode Jumat 11 Juli 2008, Bikin Malu Bangsa....

Pertanda apa ini? Acaranya Tukul pada episode itu benar benar bisa membikin tersenyum, bukan karena lucunya tapi karena prihatin dan bagi yang sadar dan sedikit punya kepekaan kejadian pada episode itu harus menjadi warning sign bahwa kehancuran negara ini sudah berada dalam prosesnya.

Kejadiannya adalah saat Pepi membacakan pertanyaan rebutan kepada dua selebriti muda Nikita Willy dan Kevin (anaknya Memes-Adi MS). Pertanyaannya adalah “sebutkan bunyi sila ke empat Pancasila”. Tak buituh waktu lama Nikita menjawab, dengan sedikit ragu dia menyebutkan sila keempat itu, belepotan dan kacau balau. Untuk seseorang yang masih berstatus pelajar dan setiap seminggu sekali mengikuti upacara bendera kejadian ini benar-benar memprihatinkan. Terlepas pada saat itu dia sedang blank, lagi nervous atau banyak pikiran seharusnya peristiwa ini tidak terjadi di TV nasional yang siarannya juga bisa ditangkap di manca negara itu. Tidak cukup sampai disini, ketika giliran Tukul yang gantian disuruh menyebutkan Sila ke 4 Pancasila, saya pikir dia akan bisa menyebutkan dengan benar dan menyelamatkan kehormatan TV show ini dihadapan berjibun pasang mata, tapi ternyata sama saja meski sedikit lebih lumayan karena dia cuma kelupaan kata “hikmat”. Pertanyaan berikutnya pun sama saja, jawaban keliru, yaitu pertanyaan mengenai gambar lambang sila “Persatuan Indonesia” .

Parahnnya lagi hampir semua penonton tertangkap kamera tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan adegan itu. Kejadian itu boleh bikin geli tapi itu bukan sesuatu yang lucu, bukan sebuah kejadian yang pantas ditertawakan.

Oke mungkin banyak yang megnaggap hal ini simple dan tidak perlu dibesar besarkan tapi mari kita lihat realitas role model atau figur teladan yang ditampilkan oleh para anak muda yang rajin tampil di TV itu, yang menyanyi maupun main sinetron. Pesan moral apa yang bisa mereka tebar bagi para fansnya, terlebih bagi fans yang masih kanak-kanak (dibawah usia 10 tahun) yang kini idolanya, bahkan acara TV dan lagu favorit yang sering dinyanyikannya adalah untuk konsumen dewasa. Apa nilai positif yang bisa diambil dari para selebriti TV itu, yang untuk sekedar menyebutkan sila ke empat Pancasila saja tidak becus ?
Bangsa ini adalah bangsa yang berbudaya bangsa yang punya nama dan menjadi bagian dari dunia karena darah pejuang yang tumpah, darah pejuang yang tidak bisa menggantikan nafkah bagi anak isterinya yang ditinggal berjuang, bangsa ini adalah sebuah janji dan cita-cita demi sebuah harga diri.

Jangan pernah melihat Pancasila beserta simbol-simbolnya, Naskah Sumpah Pemuda dan lagu-lagu perjuangan itu sebagai benda usang, atau sebagai sekedar sejarah yang sudah tidak uptodate, atau memandang bahwa semua itu sudah tidak relevan lagi untuk masa sekarang yang cenderung mengedepankan intelektualitas dan teknologi. Mari kita pahami secara global esensi dari berbagai peninggalan “tua” perjuangan kemerdekaan ini, esensi yang menjadi simbol sebuah kelahiran satu bangsa besar untuk suatu cita-cita nasionalisme, idealisme untuk kemerdekaan, harga diri, fighting spirit, kehormatan, persatuan, nilai moral, budaya kebersamaan, janji setia, persaudaraan, persahabatan, hidup dan kehidupan yang merdeka, tanggung jawab, target dan cita-cita, mimpi dan harapan, pengabdian, loyalitas, pengorbanan, doa dan rasa syukur kepada Tuhan.

Coba ingat-ingat kapan terakhir kali kita melafalkan dengan lisan, bukan hanya membaca dalam hati, kelima sila Pancasila dan Sumpah Pemuda ? Dan kapan terakhir kali kita menyanyikan dengan lantang, total secara penuh dari awal sampai akhir, lagu Indonesia Raya, Padamu Negeri dan 17 Agustus ? Bagi yang sudah lama dan sedikit sedikit lupa mari kita mengingatnya kembali klik disini..

0 comments:

Post a Comment

" ...yang kemudian hadir dan terjadi bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia,

pertemuan dan perpisahan, ada dan tiada, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, tampak dan samar, benar dan salah adalah berbentuk pertanyaan dan jawaban yang terdesain sedemikian rupa menjadi sebuah kepastian dan sama sekali bukan ke-tidak-pasti-an,


karenanya, karena hidup ini bukanlah suatu kebetulan, maka tidak ada alasan untuk meredupkan keyakinan demi memulai sesuatu dan lalu menyempurnakannya."


 
Template by: Abdul Munir