Daun kering itu...Jatuh tepat diatas kepalaku.
Begitu ringan,
Begitu lemah,
Daun kering itu jatuh tepat diatas kepalaku, tanpa suara…
Tak lama, karena dia lalu jatuh diatas rumput kaku, setengah depa di depanku...
Begitu lemah,
Daun kering itu jatuh tepat diatas kepalaku, tanpa suara…
Tak lama, karena dia lalu jatuh diatas rumput kaku, setengah depa di depanku...
Dia diam, diam sejenak,
Tiga detik , lalu
Dia mulai bergerak...
Pelan....
Merangkak
Pelan....
Tiga detik , lalu
Dia mulai bergerak...
Pelan....
Merangkak
Pelan....
Angin, dingin, menyentuh tubuhnya yang kering,
Mengajak daun itu, dia tak menolak.
Menuntun pergi,
Terus merangkak,
semakin jauh....
Angin menyapu dengan nafasnya yang tak pernah lelah, tak pernah berhenti dan tak pernah berhenti.
Angin...dia tak pernah ragu berjalan, tak pernah bosan bernafas, tak pernah.
Atau karena tak pernah tahu, apakah dia diterbangkan oleh sesuatu? Ataukah dia sendiri yang menerbangkan dirinya sendiri ?
“Aku tak pernah tahu, aku tak pernah memikirkan itu”, katanya pelan.
Hingga hanya satu yang bisa dia jawab “tapi aku akan menerbangkan sesuatu nanti, pasti....”
“Kenapa kamu begitu yakin ?”
“Ya, karena aku adalah angin, dan hanya akulah yang mereka sebut angin....”
Sempat terlintas di kepalaku, sesaat tadi setelah daun kering itu mengenaiku.
Akankah daun kering itu tetap bergerak ketika angin tak pernah tiba menghampirinya ?
Ataukah angin, mau tak mau memang harus mendekatinya ?
Tak sempatkah sesuatu yang lain mencoba menggantikan dua makhluk diam itu ?
Lalu hening, meski angin kemudian membelaiku....
Masih hening, ketika semakin lama, tiga, lima, tujuh belas hingga sembilan puluh sembilan daun kering berjatuhan, tak bersuara.
Tetap hening....
Ya... karena hanya Allah yang sepenuhnya menguasai keheningan itu.
Dan satu pertanyaan telah terjawab.
Meski lagi, lagi dan lagi, selalu itu adalah satu jawaban yang membuatku ingin bertanya....
Meski lagi, lagi dan lagi, selalu itu adalah satu jawaban yang membuatku ingin bertanya....
0 comments:
Post a Comment