" JANGAN PERNAH LUPA... GLOBAL WARMING TELAH SIAP MENGHANCURKAN BUMI INI !!!!
Have a nice day.....but don't ever forget to take a look around
.......there's must be somebody or something needs you.....

.......let's check it out.

Tuesday, July 7, 2009

If Tomorow Never Comes....

SEBUAH kalimat yang saya kutip dari judul salah satu lagu milik Ronan Keating yang liriknya mengkisahkan sesuatu yang sangat mungkin bisa dilihat dan dimaknai dari berbagai macam sisi dan sudut pandang, tergantung dari bagaimana kita memahaminya.

Inti pesan lagu itu, meski dalam konteks kebalikannya, hampir serupa dengan cerita tragis mengenai seorang ibu yang saya kutip dari tulisan Ibnu Abdul Qodir Assegaf berikut ini, yang telah sedikit saya edit agar lebih ringkas tanpa mengurangi makna cerita. Mungkin bagi sebagian orang cerita ini sudah sangat familiar, namun semoga tetap bermanfaat.

Seorang ibu, Rani namanya, dengan kesibukan luar biasa. Wanita itu nyaris tiap hari terbang dari satu kota ke kota lain, dari satu negara ke negara lain. Tidak jauh beda dengan suaminya..... suami Rani ini adalah seorang yang sangat penting di perusahaannnya dan hampir tidak pernah mencium bau rumah. Mereka memiliki seorang anak, Alif namanya, usianya 3 tahun. Sejak baru lahir hingga seusia itu Alif lebih banyak menghabiskan waktu bersama Tante Mien, dialah baby sitter yang setia mengasuh Alif dari pagi sampai malam, dengan begitu Rani tinggal mengontrol dan memantau Alif melalui telepon. Beruntung mereka, Alif tumbuh menjadi anak yang lincah, cerdas dan tidak terlalu rewel ketika sering ditinggal ayah bundanya serta gampang diberi pengertian. Salah satu contohnya adalah ketika Alif meminta seorang adik kecil. Kala itu Rani dan suaminya cukup terkejut dengan permintaan itu, tapi apa mau dikata kesibukan yang luar biasa membuat mereka kembali menagih pengertian Alif agar memahami keadaan ayah bundanya itu, dan Alif ini ternyata seorang anak yang sungguh istimewa, dia tidak merengek lagi, padahal hampir setiap hari dia kerap menjumpai kepulangan kedua orang tuanya setelah larut malam, dan harus berpisah lagi ketika pagi belum sepenuhnya habis.

Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitternya. "Alif ingin bunda yang mandiin..." ujarnya dengan tatapan polos seorang balita yang penuh harap. Karuan saja Rani yang terbiasa berkejaran dengan waktu dan sangat memperhitungkan tiap detik itu menjadi gusar. Dengan tangannya yang hampir tidak pernah lepas dari ponsel sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya Rani menolak permintaan Alif. Tak seperti biasanya, kali ini Alif benar-benar merengek. Suami Rani pun tak ketinggalan ikut membujuk Alif agar mau dimandikan Tante Mien, baby siternya itu. Setelah cukup lama dibujuk akhirnya Alif menurut juga, meski dengan wajah cemberut kecewa.
Bukan cuma sehari itu saja, rengekan Alif berulang lagi di hari-hari berikutnya, setiap pagi Alif merengek terus, hingga sampai sepekan rengekan itu masih terus berulang. "Bunda, mandikan aku !!!", kian lama suara Alif semakin penuh tekanan. Namun Rani belum juga menyempatkan diri memenuhinya, Rani dan suaminya berpikir itu mungkin karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah yang biasa dialami pula oleh anak-anak seumurnya. Lagi-lagi dengan memendam kecewa Alif menerima juga penolakan ibunya yang segera pergi ke kantor meninggalkan dirinya yang masih cemberut di depan pintu.

Sorenya, Rani yang sedang berada di luar kota dikejutkan oleh telepon baby sitternya yang mengabarkan Alif demam, badannya kejang-kejang. Alif langsung dibawa ke Rumah sakit sore itu juga. Malamnya Rani baru tiba di rumah sakit. Dengan pikiran yang campur aduk, dan satu-satunya keinginannya adalah memenuhi permintaan Alif yang ingin dimandikannya. Sebenarnya setelah selama sepekan mendengar rengekan anaknya itu Rani sudah menyimpan komitmen merencanakan bahwa besok pagi dia akan menghabiskan hari bersama Alif, memandikannya, dan berencana mengajaknya jalan-jalan dan bermain di taman.

Sampai di ruang UGD, Rani langsung terduduk lemas. Allah berencana lain, semuanya telah terlambat, balita mungil yang lucu itu kini telah terbujur kaku. Alif telah dipanggil oleh-Nya.

*****

Esok siangnya, Rani benar-benar mewujudkan permintaan Alif, meski Alif kini tinggal tubuh kecil yang terbaring kaku tak bernyawa. "Ini bunda nak, bunda mandikan Alif ya sayang..." ucapnya lirih sambil berkali-kali menciumi dahi dan pipi jasad anaknya itu, di tengah jamaah pelayat yang terdiam sunyi. Satu persatu rekan-rekan Rani yang dari tadi mendampingi disampingnya mulai menyingkir, berusaha menyembunyikan tangis haru.

Ketika cangkul demi cangkul tanah merah makin mengubur jenazah Alif, Rani masih berusaha tabah menahan isak tangis dalam pelukan suaminya. Wajahnya pias, tatapannya kosong, dadanya penuh sesak.

Tanah merah kini telah benar-benar penuh mengubur balita mungil itu, para pelayat mulai meninggalkan pemakaman. Rani masih berdiri di samping pusara, hening, sepi, angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang makin tercium tajam. Tiba-tiba Rani berlutut. "Aku ibunyaaaa!!!" seru Rani histeris, tangisan Rani makin meledak. "Bangun lif, banguuun, bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan bunda sekali saja nak, sekali sajaaa, Aliiif banguuun lif...." Rani merintih mengiba sambil tertelungkup memeluk gundukan tanah yang telah mengubur jasad anaknya, air matanya tumpah membanjiri tanah yang masih merah dibawah langit senja yang makin remang.

Hmm... mungkin itu sebuah cerita yang mengaduk perasaan, terlebih bagi yang pernah menyaksikan atau bahkan mengalami keadaan serupa.

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Munafiqun : 11)

Jika ada orang yang berkata bahwa penyesalan selalu tidak ada gunanya, mungkin jika kita bisa lebih bijak memaknainya maka sebuah penyesalan sesungguhnya sangat berguna sekali, asalkan kita mampu meng-konversi-nya menjadi suatu monumen pengingat agar hari ini menjadi lebih baik dari hari kemarin sehingga kita selalu siap lahir batin if tomorow never comes....

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (Al A'raf : 34)


Wah jadi teringat salah satu seruan penutup dalam suatu training motivasi marketing sekitar dua tahun lalu ; "Come on guys !!!... the winner doesn't have time to doubt, let's do it now... or never...."

0 comments:

Post a Comment

" ...yang kemudian hadir dan terjadi bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia,

pertemuan dan perpisahan, ada dan tiada, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, tampak dan samar, benar dan salah adalah berbentuk pertanyaan dan jawaban yang terdesain sedemikian rupa menjadi sebuah kepastian dan sama sekali bukan ke-tidak-pasti-an,


karenanya, karena hidup ini bukanlah suatu kebetulan, maka tidak ada alasan untuk meredupkan keyakinan demi memulai sesuatu dan lalu menyempurnakannya."


 
Template by: Abdul Munir