" JANGAN PERNAH LUPA... GLOBAL WARMING TELAH SIAP MENGHANCURKAN BUMI INI !!!!
Have a nice day.....but don't ever forget to take a look around
.......there's must be somebody or something needs you.....

.......let's check it out.

Wednesday, January 21, 2009

DI RUANGAN INI ( Tentang Esok Pagi, Sebuah Pilihan dan Ke-pantas-an Memiliki Keindahan)

Ruangan ini penuh dengan rak buku, me-nyembul-nyembul, tampak seperti deretan puluhan gedung metropolis yang angkuh. Aku masih berjalan di lorong-lorong sempitnya. Hampir dua jam, sampai aku melihat sosok yang cukup menarik perhatianku….

Aha…!!! Ada Mister Wili disana, William Shakespeare lengkapnya. Ini dia kesempatanku mempertanyakan rasa penasaranku selama ini. “Sore tuan”, sapaku, “Emm…tuan, ngomong-ngomong tak tahukah anda, sebenarnya Romeo dan Juliet itu ingin sekali mengakhiri kisahnya dengan bahagia, mereka ingin cabut dari Verona lalu tinggal di sebuah pondok bambu di pinggir sungai Bengawan Solo?”, tanyaku tanpa basa-basi lagi. Aku terkejut, melebihi ke-terkejutanku mendapati kenyataan bahwa dia ternyata mengerti Bahasa Indonesia, karena tak kuduga Mr. Shakespeare menjawab dengan nada tinggi ;” Hei bocah...!!, pena-mu saja masih sering lepas dari tangan, tahu apa kamu soal sastra, hah?”

…Oke..... Tanpa permisi aku beranjak pergi menuju bagian atas rak buku paling ujung. Ada Pak Marah Rusli disana, sedang duduk-duduk santai tampaknya. Langsung saja aku menggugat masterpiece-nya yang terkenal itu; “Maaf bapak, tega nian anda memporak-porandakan cinta sejati Siti Nurbaya? Kenapa? Punya salah apa sih dia sama anda?”. Bapak tua berkacamata besar itu tersenyum kecut, tak sepatah katapun. Dia hanya melirikkan mata ke arah pintu, mengisyaratkan agar aku segera angkat kaki dari hadapannya. Akupun tahu diri. Aku langsung melangkah pergi. Tapi aku tetap yakin, aku juga berhak berada di sana, bersanding, bertukar pikiran bersama mereka. Aku akan kembali lagi ke tempat itu, esok pagi.

Eits, tapi tunggu…
Kupu kupu itu. Ada kupu kupu indah diatas meja, di sebelah jendela, di sudut ruangan……….
Melihat kupu-kupu itu membuatku terbayang pada kupu-kupu daun ranum eucalyptus nun jauh di suatu tempat, nun jauh pula lebih indah dari kupu-kupu di atas meja itu.
Kupu-kupu daun eucalyptus, aku telah lebih dari sekedar mengaguminya.

Kupu-kupu daun eucalyptus itu, bersayap panjang, sayap panjang bagai daun ranum eucalyptus yang harum, sayap panjang yang indah, sayap panjang sebagai pesan dari langit, untuk membuatnya sangat bersih.

Kupu-kupu daun eucalyptus, dia selalu terlindungi di dalam bola kaca. Bola kaca itu membuatnya bebas dari godaan, jauh dari cela, aman dari sentuhan.

Hanya dari jauh, hanya dari jauh saja saat ini aku bisa mengaguminya.
Hanya sesaat, selalu hanya sesaat saja, karena aku takut akan kehilangan pesonanya. Aku takut bola kaca itu akan retak saat aku berada di dekatnya.

“Kupu-kupu daun ranum eucalyptus, aku akan pergi dulu sampai aku selesai mengumpulkan untaian benang. Untaian benang yang akan membuatku selalu siap menyulam bola kaca-mu, jika retak nanti.

"Semoga untaian benang itu telah terkumpul, esok pagi.

“Kupu kupu diatas meja di sebelah jendela di sudut ruangan, terima kasih, kamu telah menjadikanku bergairah kembali dengan membuatku terbayang pada indahnya kupu-kupu daun ranum eucalyptus, di sana, nun jauh di suatu tempat.”

(hmm... bener juga kata Einstein, imajinasi memang lebih berharga - atau mungkin lebih asyik kali ya.... - dari ilmu pasti, atau saya yang salah mengartikan maksud dari kalimat Einstein itu?)

0 comments:

Post a Comment

" ...yang kemudian hadir dan terjadi bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia,

pertemuan dan perpisahan, ada dan tiada, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, tampak dan samar, benar dan salah adalah berbentuk pertanyaan dan jawaban yang terdesain sedemikian rupa menjadi sebuah kepastian dan sama sekali bukan ke-tidak-pasti-an,


karenanya, karena hidup ini bukanlah suatu kebetulan, maka tidak ada alasan untuk meredupkan keyakinan demi memulai sesuatu dan lalu menyempurnakannya."


 
Template by: Abdul Munir