" JANGAN PERNAH LUPA... GLOBAL WARMING TELAH SIAP MENGHANCURKAN BUMI INI !!!!
Have a nice day.....but don't ever forget to take a look around
.......there's must be somebody or something needs you.....

.......let's check it out.

Monday, October 13, 2008

CATATAN KECIL 30 HARI DI BULAN SUCI

Ramadhan dengan Idul Fitri-nya selalu menyuguhkan romantisme, nostalgia masa kecil, harapan masa depan, dan kewaspadaan.


Ramadhan kali ini dilihat dari kalender cukup menarik karena tanggal masehi bertepatan dengan kalender Islam, ditambah lagi dimulai dengan hari Senin. Akan lama terulang kembali.

Terlepas dari perdedaan pelaksanaan Ramadhan dan Syawal beberapa ormas Islam seperti Hizbuttahrir, Subandiyah dan Satariyah Jombang serta sekelompok muslim di Padang serta beberapa tempat lain, tapi secara umum Ramadhan kali ini lebih kompak dari tahun tahun sebelumnya.

Tapi itu semua hanya sebatas ornamen luar Ramadhan, karena di dalam perjalanannya kemudian ternyata peristiwa-peristiwa yang terjadi di Bulan Suci kali ini seharusnya cukup bisa menghadirkan sinyal kewaspadaan.

Sama halnya dengan kejadian di bulan-bulan biasa yang lain, di bulan suci ini pembunuhan sadis, penodaan kesucian anak dibawah umur terjadi di beberapa tempat yang bahkan ada yang dilakukan seorang guru dan ustadz, perjudian yang parahnya dilakukan oleh aparat, perampokan, penipuan berkedok arisan yang korbannya bahkan termasuk teman-teman pelaku, pesta miras, kekerasan dalam rumah tangga, kecurangan dengan trik-trik yang merugikan konsumen yang dilakukan penjual makanan, aktivitas pemotongan hewan dengan cara haram, rekayasa dalam Daftar Caleg Sementara yang diterbitkan KPU dimana caleg-caleg bermasalah masih saja lolos verifikasi, kerusuhan protes masa yang berbuntut perusakan sarana umum dan beberapa realitas sosial serta peristiwa-peristiwa yang sempat tercatat berikut........


PARADE KEMISKINAN TELAH MEMAKAN KORBAN

Tanggal 15 Ramadhan, di Pasuruan.

Seperti biasa, pemerintah lalu kebakaran jenggot ketika akibat fatal telah terjadi, meski dari dulu sebenarnya sudah banyak wacana yang merasa khawatir dengan pelaksanaan direct zakat.

Harus selalu diingat bahwa crowded/kerumunan (kelompok tak terorganisasi yang terbentuk secara temporer dan tanpa peraturan baku di dalamnya) selalu berpotensi konflik dan merusak, termasuk kemudian menimbulkan korban.

12 orang tewas kehabisan napas dan teergencet sesama pengantri zakat Rp. 30. 000 di sebuah area sempit yang diisi ribuan manusia.

Akan tetapi jangan dahulu memvonis buruk terhadap keluarga sang pemberi zakat yang telah bertahun tahun melakukan tradisi ini, sekaligus jangan pula menilai para korban ini mati konyol karena tindakan bodohnya sendiri.

Untuk sementara kita lupakan siapa yang harus dipersalahkan dalam peristiwa ini, mari kita do’a kan agar para korban diterima di sisinya. Semoga mereka meninggal dalam syahid, disamping karena di dalam bulan Ramadhan, para wanita itu meninggal untuk sebuah perjuangan mendapatkan Rp. 30.000, sejumlah uang yang mungkin tidak terlalu besar tapi bagi para fakir dan miskin uang kecil tersebut bisa menutup malu karena bisa untuk membayar hutang yang tak lunas-lunas, bisa mendiamkan tangis anaknya yang terus minta baju baru seperti teman-temannya, namun demikian memang tidak semua korban benar-benar miskin.

Salah satu fungsi zakat sebenarnya adalah untuk sedikit menghilangkan gap atau celah pemisah antara si kaya dengan si miskin selain menciptakan suasana agar si miskin pun bisa tersenyum merayakan lebaran. Sayangnya, disamping lack of database dan tidak objektif, pembagian zakat dengan cara langsung seperti ini membuat trend parade kemiskinan menjadi tidak lagi tabu karena sedemikian banyaknya orang yang ikut di dalamnya, dan ini berimbas pada hilangnya rasa malu. Akhirnya bukannya celah yang hilang tapi malah semakin menunjukkan dengan terang-terangan “dia si kaya dan mereka si miskin”. Sekali lagi sayangnya, julukan “si kaya” tidak lagi menjadi sebuah beban, dan sebutan “si miskin” bukan lagi menjadi aib.

KORBAN FANATISME

Tanggal 20 Ramadhan, di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.

Seorang remaja berusia 16 tahun, suporter Persitara Jakarta Utara tewas setelah diserang sekelompok orang beratribut JakMania, suporter Persija Jakarta Pusat. Di depan pintu bus, JakMania menyerang para NJ mania (Suporter Persitara Jakarta Utara) secara tiba-tiba, korban yang tewas tersebut adalah akibat terkena senjata tajam, ditambah lagi setelah dia terjatuh masih dikeroyok.

Apakah suatu fanatisme itu harus selalu di ekspresikan dengan menjatuhkan atau menghancurkan kelompok lain (violent behaviour out group feeling) untuk mendapatkan sebuah pengakuan nama besar?


SWEEPING KALI INI SANGAT DISAYANGKAN.......

Tanggal 25 Ramadhan di Tasikmalaya.

FPI yang berjalan menyisir jalan kota memporak-porandakan warung-warung makan yang tetap buka dan melayani pembeli, bukan cuma warung yang di rusak, dari tayangan televisi jelas terlihat “makanan” yang ada dibuang-buang.

Sebenarnya salut untuk sweeping tempat-tempat maksiat yang sering dilakukan FPI, karena memang dalam penegakan syariat Islam harus ada tindakan dengan kekerasan ketika kemaksiatan itu sudah diluar batas dan jelas-jelas merusak moral. Tapi khusus untuk sweeping yang satu ini masih sulit diterima pembenarannya sampai sekarang, dilihat dari segi manapun.

Bukankah seharusnya kita secara dewasa sudah bisa memilah-milah dan membedakan mana hitam mana putih, dan memahami sepenuhnya apa yang harus dilakukan ketika menghadapi sesuatu, termasuk bagaimana memperlakukan rizki Allah berupa makanan yang masih layak makan ?

Bukankah para penjual makanan itu sedang mencari nafkah ?
Bukankah puasa itu lebih dari sekedar tidak makan dan tidak minum ?


FPI DAN BANSER, SAMA - SAMA MUSLIM KAN ?

Tanggal 25 Ramadhan di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat (Depan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat)

Buntut dari persidangan kasus Monas bulan Juni lalu. Di tengah jalan kubu FPI dan Banser plus AKKBB saling lempar batu dan konflik fisik secara langsung. Menurut para saksi pelemparan batu dimulai oleh Banser plus AKKBB. Kejadian ini bermula dari bertemunya kedua kubu yang kemudian bersitegang ketika akan memasuki ruang persidangan. Masalahnya yang terganggu dan bahkan ikut terkena lemparan adalah para pengguna jalan yang tak ada sangkut pautnya. Hingga kemudian tampaklah seseorang yang memakai atribut banser babak belur hingga berdarah darah.

Belum selesai sampai di sini, dua orang tokoh masing masing seorang dari FPI dan seorang dari Banser terlibat adu argumen, saling menjatuhkan dan mengklaim diri mereka mendapat provokasi kasar secara lisan dan fisik. Sayangnya adu argumen disiarkan stasiun televisi secara langsung pula, yang tentu ditonton jutaan pasang mata, dan ini menjadi sebuah kampanye buruk bagi nama baik ukhuwah umat Islam, terlebih ini terjadi di bulan suci Ramadhan.

Jika dalam kepala kita dipenuhi fanatisme klasik yang dicampur emosi, rasa curiga, dan ganjalan yang tak terungkap maka sering kita jadi lupa bahwa komunikasi dengan kepala dingin mau saling mendengar adalah kunci utama semua penyelesaian konflik kelompok. Dan jika kalimat; “Aku yang benar, kamulah yang salah” terus mendekam dan menjadi landasan pokok pola pikir, maka hal itu kemudian bisa membuat kita menjadi lupa bahwa kita juga bisa bilang “Kamu muslim dan aku juga muslim.”


JAMA'AH YA IBAD DIUSIR

Tanggal 26 Ramadhan di Masjid Nurullah, Surabaya.

Puluhan Polisi mengusir Jamaah Ya Ibad (Yayasan Al Mukhlasin Ibadurrahman) dari dalam Masjid Nurullah selepas sholat tarawih ketika mereka sedang beri’tikaf dan membaca Al Qur’an. Mereka sempat dipukul dan diseret secara kasar karena menolak keluar dari masjid, hingga beberapa mengalami luka-luka dan memar, bahkan seorang harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami patah tulang jari. Yang di sayangkan lagi, tampak beberapa polisi tidak melepas sepatunya ketika memasuki masjid tersebut.

Kejadian ini merupakan lanjutan dari tuntutan warga sekitar yang meminta kegiatan mereka dihentikan. Warga sekitar lansung tidak suka terhadap Ya Ibad karena Ketua Yayasan Ya Ibad tersebut dilaporkan telah melakukan pelecehan seksual sejak tahun 2007 lalu terhadap 18 santrinya yang belajar mengaji di TPA Mawar Melati milik Ya Ibad yang sebagian adalah anak-anak warga sekitar. Ditambah lagi, menurut pengakuan beberapa warga, para pengurus Ya Ibad juga tidak bisa ataupun tidak mau bergaul baik-baik dengan warga sekitar.
Wallahu’alam.


SEDIKIT TENTANG RUU PORNOGRAFI

Sepanjang bulan Ramadhan, terutama di Jogja, Solo, Bali, Jakarta dan beberapa wilayah di Indonesia bagian timur.

Dalam bulan suci ramadhan ini penolakan draft RUU Pornografi semakin santer diteriakkan di beberapa tempat termasuk aksi para seniman Jogja, Solo, Bali dan di beberapa tempat lain. Ironisnya, sejumlah LSM Perempuan tak kalah garang melakukan aksi penolakan. Padahal dasar awal munculnya RUU ini adalah termasuk untyuk melindungi dan menghormati para wanita. RUU Pornografi diproyeksikan untuk melindungi perempuan dari eksploitasi sebagai pemuas sex visual yang mendominasi photografi, majalah pria, televisi, dan film dan berpotensi ke arah pelecehan dan pe-rendah-an martabat kaum hawa.

Kenapa pula seniman harus takut kehabisan ide dan tak bisa mengekspresikan neuron-neuron kreasi yang meluap-luap dalam otaknya ? Bukankah otak itu sangat luas? Dan kreasi seniman tak terbatas? Bukankah ragam bentukdi dunia ini tak terhitung jumlahnya? Bukankah keunikan aktivitas manusia itu tak pernah habis berhenti ? Pornografi hanyalah secuil kecil rangsangan ide dari bongkahan-bongkahan ide gila kreatif para seniman yang jika harus dipinggirkan tak akan mungkin membuat seni menjadi mati karena seniman adalah sosok yang luar biasa yang seharusnya bisa membuat seni tak pernah habis.

Sekalipun penetapan RUU Pornografi ini mungkin juga bermuatan politis, tapi yang jelas RUU ini tidak mengarah kepada suatu keburukan ataupun kemerosotan. Asalkan RUU Pornografi di godog secara matang, jangan sampai multi tafsir, dan perlu uji publik terutama mengenai beberapa pasal yang membuat kita mengernyitkan dahi dan berpotensi tidak hitam putih termasuk istilah/kata/frase/kalimat yang sulit dicerna awam.

Di sinilah perlunya dialog publik terbuka tanpa emosi, tanpa rasa curiga, karena harus disadari bahwa adanya pro dan kontra adalah karena tiap-tiap individu memiliki panutan dan pedoman masing-masing yang berbeda satu sama lain untuk memahami suatu titik masalah.


Banyak yang bilang; Masih banyak PR pemerintah yang harus segera diselesaikan, terutama masalah ekonomi rakyat, daripada sekedar pusing-pusing mengurusi pornografi yang yang jelas maksudnya.” Memang benar, akan tetapi Pornografi adalah bom waktu, jadi jangan sampai ketika kita terlambat mengantisipasinya kelak kita cuma bisa menangisi pola pikir, pola perilaku dan moralitas anak cucu kita yang terkena ledakannya.


KEPINGIN DISEBUT MISKIN DAN STADIUM AWAL TERJANGKIT VIRUS ANTI MALU

Sepanjang bulan Ramadhan, di mana-mana.

Dulu orang malu disebut miskin, sekalipun sesungguhnya memang miskin. Pinjam uang ke sana kemari untuk meperbaiki rumah, membeli barang, pakaian agar terkesan tidak miskin. Sekarang banyak orang malah ingin dirinya atau keluarganya dimasukkan dalam daftar warga miskin agar bisa mendapat bantuan.
Parahnya, merendahkan diri menjadi pengemis untuk meminta-minta belas kasihan orang yang lewat, dengan duduk di depan pintu gerbang masjid, di pinggir toko, berakting cacat di traffic light menjadi suatu aktivitas yang tidak malu-maluin lagi.

Berani malu dengan cara seperti itu adalah sangat memalukan. Sayangnya di bulan ramadhan jumlah pengemis pasti meningkat sekian kali lipat, karena bulan suci ini bagi mereka selalu dijadikan bulan peluang emas untuk mendapatkan belas kasihan. Termasuk ketika terjadi pembagian sembako maupun zakat, banyak pula yang sebenarnya tidak miskin ikut-ikutan antri berdesakan, demi pemuasan suatu rasa “pingin dapat juga” yang merupakan stadium awal dari terjangkitnya virus “anti malu”.


ANTI KLIMAKS EKSPEKTASI SELEPAS BULAN SUCI

Ramadhan selalu ditutup dengan migrasi temporer namun besar-besaran penduduk Indonesia, mudik, termasuk mereka yang bukan muslim. Demi kepuasan batin, kebanggaan diri dan keluarga, sebuah penantian, suatu harapan dan sebentuk sentuhan langsung dari orang tua dan keluarga, membuat semua orang sulit untuk melewatkannya.

Di balik itu mudik selalu memakan banyak korban. Kecelakaan kereta api, bis, sepeda motor tahun ini tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi untuk tahun ini bertambah tragis, tanggal 30 ramadhan, sebuah kapal tongkang yang berangkat dari Selayar menuju balai Karimun dan mengangkut setumpuk perasaan rindu pulang para TKI tenggelam ke di peraiaran Port Lang Malaysia, 12 pahlawan keluarga yang dinanti kedatangannya meninggal dunia, dan sebagian penumpang luka-luka dan beberapa masih dinyatakan hilang. Kapal ini tenggelam karena kelebihan muatan, dan penggunaannya tidak sebagai mana mestinya karena ini bukanlah kapal angkutan penumpang. Sebelumnya terjadi pula kecelakaan kapal yang membawa korban, Tanggal 26 Ramadhan, kapal motor Usaha Baru terbakar dan tenggelam di perairan Ambon Maluku. Sebanyak 7 orang yang berencana mudik ke Pulau Seram tewas karena tidak dapat berenang, sedangkan 28 penumpang lainnya selamat.

Memasuki 1 Syawal, hari kemenganagn di tahun ini ditandai pula dengan tragedi bunuh diri seorang pria asal Manado di Masjid Istiqlal. Kejadiannya pasca sholat Ied, bersamaan dengan senyum lebar tulus dan gembira orang-orang yang saling bersalaman dan berpelukan, beriring gema takbir yang bersahutan. Bunuh diri ini direncanakan, karena terbukti dengan di temukannya sepucuk surat. Kenapa harus terjadi di Masjid ?

Masih di 1 Syawal, hari dimana setiap orang memohon maaf dan memberi maaf demi sebuah pencapaian fitrah. Lalu kenapa di tahun ini pula kita disuguhi contoh dari seorang ulama kondang (cendekiawan muslim yang tak perlu disebut namanya di sini) berpengikut sangat banyak dan sangat berpengaruh, menyatakan dengan terang-terangan di hadapan wartawan bahwa dia akan mengusir dan menendang keluar beberapa orang yang dia telah sebutkan jika orang-orang itu bersilaturahmi kepadanya dengan alasan orang-orang tersebut telah menyakiti hatinya.

Apapun dan bagaimanapun kesalahannya, bukankah kita selalu diajarkan untuk memberikan maaf dan menjaga ukhuwah dan silaturahim dengan sesama muslim ? Karena Allah Maha Pengampun. Bukankah seorang Kyai yang sangat berpengaruh dan dengan pengikut fanatik yang berjumlah sangat banyak itu seharusnya memiliki tanggung jawab besar memberikan teladan mengenai bagaimaan memiliki sebuah jiwa besar ? Meski baru sekedar kata-kata dan pengusiran serta penolakan tamu itu belum terjadi, karena memang orang-orang yang dibenci itu memang tidak datang, tapi bagaimanapun juga kata-kata dari seorang yang menjadi panutan seperti beliau seharusnya tidak serta merta keluar begitu saja.

Ramadhan dan Hari Raya selalu diwarnai aktivitas ekonomi yang bergairah dan menimbulkan harapan sebuah masyarakat modern, meski imbas yang tidak dapat ditolak yaitu kenaikan harga barang-barang kebutuhan sehari-hari, inflasi langsung melonjak sekian persen sebanding dengan lonjakan konsumerisme, mencekik mereka yang tidak siap dan tidak memiliki antisipasi. Bahkan BI pun telah menaikkan BI Rate untuk menahan peredaran uang demi sedikit menekan laju inflasi.

Di sinilah dibutuhkan kebijaksanaan diri untuk lebih mampu mengendalikan hasrat manusiawi kita demi mengantisipasi penyesalan di kemudian hari. Terlebih memasuki bulan ini efek krisis keuangan global mulai sedikit-demi sedikit terasa, dan kemungkinan besar akan mempengaruhi pasar modal dan investasi yang berdampak pada terpukulnya perekonomian usaha level menengah kebawah, padahal usaha mikro inilah yang selama ini mampu menyerap sekitar 96,2 % tenaga kerja di Indonesia. Di sini seharusnya pemerintah harus berani jujur kepada masyarakat tentang apa yang sebenarnya terjadi, termasuk mengenai bunga pinjaman luar negeri yang pastinya akan meroket, bukan malah menutupi kenyataan yang terjadi dengan pernyataan bahwa krisis ini tidak akan berdampak di Indonesia, ini membahayakan, karena mungkin akan terjadi syok besar-besaran.

Amat sangat banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran dan kita maknai secara mendalam, dan tentu saja pelajaran itu ada dalam kepala kita supaya kita bisa menentukan apa yang seharusnya kita lakukan.


Lalu bagaimana kita seharusnya melihat realitas tersebut? Di negara agamis ini mayoritas penduduk adalah orang Islam dan bagi orang Islam terdapat satu bulan istimewa, Bulan Suci Ramadhan yang salah satu fungsinya adalah sebagai kontrol diri pribadi, pengendalian sosial dan yang paling utama adalah introspeksi hati secara spiritual. Kalau begitu lalu mengapa berita-berita kriminal, korupsi dan perilaku-perilau menyimpang yang merugikan orang lain masih saja betah berlama-lama silih berganti mendominasi headline media massa?

Banyak hal dalam hidup dan kehidupan ini yang harus kita maknai lebih dari sekedar hanya dilewati begitu saja, masih banyak rahasia Allah yang menuntut kita terus mengeksplorasi demi suatu kebenaran dan masih sangat dalam hati kita untuk bisa kita isi dengan empati dan keikhlasan.

Sayangnya sadar atau tidak kita masih terjebak dan sangat sulit membedakan antara ibadah sebagai suatu ritual, tradisi, kebiasaan, dan social activities dengan ibadah sebagai rasa cinta, rasa syukur dan kesempatan berkomunikasi dengan Allah Al Badii’u. Wallahualam. Semoga ini semua bisa mengingatkan saya sendiri dan Insya Allah bagi kita semua, sebelum waktu kita habis dan tumpah terbuang berserakan tanpa makna.

“Ya Allah... ijinkan kami Ya Allah......ijinkan kami bisa bertemu dengan keindahan Ramadhan-Mu lagi Ya Allah...... Amiiin.”

0 comments:

Post a Comment

" ...yang kemudian hadir dan terjadi bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia,

pertemuan dan perpisahan, ada dan tiada, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, tampak dan samar, benar dan salah adalah berbentuk pertanyaan dan jawaban yang terdesain sedemikian rupa menjadi sebuah kepastian dan sama sekali bukan ke-tidak-pasti-an,


karenanya, karena hidup ini bukanlah suatu kebetulan, maka tidak ada alasan untuk meredupkan keyakinan demi memulai sesuatu dan lalu menyempurnakannya."


 
Template by: Abdul Munir