" JANGAN PERNAH LUPA... GLOBAL WARMING TELAH SIAP MENGHANCURKAN BUMI INI !!!!
Have a nice day.....but don't ever forget to take a look around
.......there's must be somebody or something needs you.....

.......let's check it out.

Thursday, February 25, 2010

Aku, Bus Penuh Sesak dan Wanita Berpeluh Ini

"Aku tak tahu ini cinta atau apa, yang pasti aku masih lega karena dia masih ada di dekatku meski aku tak tahu dia itu ibuku atau bukan...."

AKU terhentak-hentak dalam gendongan ibuku yang berlari-larian mengejar bus itu, panas sekali siang ini, peluh membasahi kaos dan topi peciku yang aku rasa kan mulai gatal ini. ibuku berhenti berlari bus itu melaju kencang, tak terkejar, hanya meninggalkan kepulan asap hitam yang menghantam wajahku, membuat mataku perih. Ibuku berdiri terengah engah, keringat di kulit lehernya yang berkilat jelas sekali dalam pandangan mataku, yang tepat berada di depan lehernya itu. Dalam pelukan ibuku yang erat ini aku tak mengerti mengapa aku selalu dibawanya berlarian mengejar bus-bus besar yang kotor, pengap, bising dan mengakrabi sesaknya penumpang, setiap hari.

Belum selesai juga, lagi... sebuah bus datang, aku kembali terhentak dalam gendongan ibuku yang berlari kencang, sungguh ini sama sekali tidak nyaman. Aku dibawanya melompat masuk ke dalam bus dan menyeruak diantara para penumpang yang berdiri, aku merasakan sepertinya mereka sedikit risih dengan kehadiran kami di tengah mereka.

Dan mulailah seperti biasa, ibuku memainkan sebuah benda di tangannya, benda ini aku tak tahu namanya, sebuah kayu kecil dengan beberapa bekas tutup botol yang dipaku di kayu itu, yang pasti ketika digerak-gerakkan akan mengeluarkan suara yang sejujurnya menurutku sama sekali tidak merdu dan sama sekali tanpa sentuhan harmoni sedikitpun pada komposisi ritmenya.

Tapi bagaimanapun juga benda itulah yang menjelma menjadi orkestra ajaib yang mengiringi ibuku bernyanyi, tanpa bosan meski selalu hanya lagu itu yang didendangkannya.

Ah akhirnya selesai juga ibuku bernyanyi, dan kini tibalah giliranku melakukan tugasku, ya... jangan dikira aku tidak punya job desk di sini, aku juga berperan, dan sepertinya efek dari peranku ini jauh lebih besar dari apa yang dilakukan ibuku tadi, meski tugasku hanya menyusuri bus dari depan ke belakang dalam gendongan ibuku sambil membawa plastik kumal seukuran 20x15 cm bekas bungkus permen Kopiko, tapi dengan itulah orang orang memasukkan uangnya kedalam plastik itu, satu yang aku yakin bahwa mereka memasukkan uangnya bukan karena menghargai suara ibuku yang bernyanyi tadi, tapi aku yakin sekali para penumpang memberikan uangnya karena diriku ini, mereka berempati kepadaku,seorang anak kecil yang belum genap berusia tujuh tahun dengan tubuh kurus, kotor dan yang jelas mereka iba dengan kondisiku yang tidak seperti anak seusiaku pada umumnya... orang bilang aku ini menderita autisme sindroma rett, atau semacam itu.

Aku tak mengerti itu, karena menurutku aku biasa-biasa saja, tidak merasakan sesuatu yang aneh dan kurang dibanding anak-anak lain, setidaknya itu yang aku rasakan. Okelah, memang untuk anak seusiaku seharusnya aku sudah lancar berbicara, tertawa, bernyanyi dan kuakui aku belum mampu melakukan itu, setidaknya sampai detik ini. Tapi aku merasa baik-baik saja kok. Selain itu, seharusnya di usiaku ini aku sudah bisa berlari-larian kemana-mana, dan sekali lagi kuakui aku memang belum bisa melakukan itu, lagi-lagi setidaknya sampai saat ini.

Tetapi dengan keadaanku yang seperti ini nyatanya aku bisa memperoleh uang yang lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak seusiaku yang lain, mereka bisa berlarian sendiri meloncat dari satu bus ke bus lain, menghampiri setiap kendaraan di perempatan lampu merah tanpa perlu digendong ibunya seperti aku, dengan kemandirian mereka itu nyatanya mereka tetap selalu kalah jauh pendapatannya dibandingkan dengan pendapatanku. Dan sekali lagi aku tak tahu kenapa bisa begitu, aku tak tahu apakah keadaanku sekarang ini adalah kelebihanku atau kekuranganku....

Tapi sepertinya dengan keadanku ini banyak orang yang mengasihani aku dan ini nyata-nyata telah banyak memberikan keuntungan berlebih pada ku dan ibuku, tapi satu pertanyaanku lagi yang belum kutemukan jawabannya, yaitu... mengapa aku harus dikasihani? Jika memang aku harus dikasihani mengapa anak-anak yang lain tidak? Mengapa aku dianggap berbeda? Tapi sekali lagi, dengan keadaanku yang seperti ini aku sungguh merasa tidak perlu dikasihani, aku merasa baik-baik saja kok, bukankah aku tidak terlalu berbeda dengan yang lain? Sebenarnya ada apa sih denganku?

Selalu setiap saat aku hanya bisa bertanya kepada diriku sendiri di dalam hati, ya dalam hati saja aku bisa mengungkapkan semua hal yang ada dalam pikiranku karena aku tidak tahu bagaimana caranya mengkonversi buah pikiranku menjadi susunan kalimat yang lalu akan kukeluarkan menjadi suara dari mulutku ini sehingga bisa dipahami oleh orang lain, aku tak tahu bagaimana caranya berbicara seperti orang-orang pada umumnya, setidaknya sampai detik ini. Dan karenanya pula aku juga belum bisa mengatakan sebuah pertanyaan penting kepada wanita berpeluh yang selalu menggendongku ini, untuk memastikan apakah dia benar-benar ibuku....

2 comments:

ima said...

iihh menyentuh bgt yak, banyak yg kya gt djlnan

wahid said...

Oo aku ngrti ar, koe ki mesti agek kerasukan roh bocahe kui to wuahaaha

Post a Comment

" ...yang kemudian hadir dan terjadi bukanlah suatu kebetulan yang sia-sia,

pertemuan dan perpisahan, ada dan tiada, jatuh dan bangun, tawa dan tangis, tampak dan samar, benar dan salah adalah berbentuk pertanyaan dan jawaban yang terdesain sedemikian rupa menjadi sebuah kepastian dan sama sekali bukan ke-tidak-pasti-an,


karenanya, karena hidup ini bukanlah suatu kebetulan, maka tidak ada alasan untuk meredupkan keyakinan demi memulai sesuatu dan lalu menyempurnakannya."


 
Template by: Abdul Munir