MALAM itu, pulang agak larut setelah sedikit memaksa diri untuk lembur menyelesaikan tanggung jawab, yah.. setidaknya selesai sebelum deadline kan lebih baik, paling nggak masih punya sisa waktu untuk menyempurnakannya.
Seharian penuh hujan turun sampai malam, Alhamdulillah seger rasanya dan saya yakin semua tanaman pasti tersenyum menikmatinya.
Sudah hampir jam 12 malam, sampai rumah hujan sudah reda, tinggal rintik mungil yang jatuh ringan dengan lembut, semua benda masih basah dan tampak indah mengkilap tertimpa sinar lampu jalan.Seharian penuh hujan turun sampai malam, Alhamdulillah seger rasanya dan saya yakin semua tanaman pasti tersenyum menikmatinya.
Beberapa saat sebelum mekar sempurna
Entah kenapa, atau mungkin karena pikiran dan perasaan saya memang lagi aneh saat itu, belum sempat masuk rumah pandangan mata saya langsung tertuju pada bunga itu, padahal biasanya saya tidak terlalu heboh menjumpai makhluk indah berwarna putih ini, tidak terlalu memberi perhatian khusus ketika bunga ini mekar di bulan-bulan sebelumnya.
Orang-orang di rumah dan tetangga sebelah hampir selalu heboh ketika bunga unik ini mekar, Bunga Wijayakusuma namanya alias Epiphyllum oxypetalum atau ada juga yang mengenalnya sebagai Queen of Night. Si Putih yang harum ini termasuk jenis tumbuhan kaktus dan konon dahulu kala bunga seperti ini adalah simbol istimewa para raja Jawa.


Tepat pada puncak pekat malam, dia memberi kejernihan,
sesaat sebelum kemudian layu.
Ya nggak berlebihan juga sebenarnya jika mereka heboh, karena bunga ini kan punya banyak “hanya”, antara lain: hanya mekar pada malam hari tapi sayangnya hanya mekar semalam saja, selepas Isya’ semakin merekah perlahan dengan anggun, hingga puncaknya memancar lebar pada tengah malam dan sudah itu mengatup kembali seiring berjalannya malam melewati dini hari menjelang pagi, hingga sepersekian saat menjelang Shubuh bunga ini telah layu, mati dan tak akan merekah lagi, tinggal menunggu bakal bunga yang lain yang mungkin muncul pada tunas-tunas cabang berbeda yang entah kapan lagi akan mekar.sesaat sebelum kemudian layu.
Memang keindahan yang memancarkan pesona sejati harus mau ikhlas membatasi diri, karena jika tidak, ketika tidak ada batas dan dengan mudahnya siapa saja bisa melihat, menjumpai, menemui, bahkan menatap dan menyentuhnya maka keindahan itu mungkin lama-kelamaan menjadi cuma sekedar kata-kata lisan sebagai pronoun atau kata ganti untuk menyebut orang atau suatu benda saja, akan mudah meleleh seiring waktu berjalan, hambar dan lalu dilupakan begitu saja ketika pesonanya mulai hilang.
Untuk mendekati apalagi melakukan treatment lebih jauh terhadap suatu keindahan yang dibatasi itu, kadang kita merasa tidak siap, tidak capable dan tiba-tiba saja merasa diri ini tidak layak, maka yang muncul kemudian adalah kekhawatiran bahwa kita akan semakin jauh dan takut kehilangan pesonanya jika kita sering berada di dekatnya.
Takut kehilangan pesonanya…? Perjalanan dan rahasia kehidupan selalu akan dihadapkan pada kejutan-kejutan istimewa hingga kemudian sampai pada persimpangan yang manusiawi dan memang membingungkan…. Sejak Ibnu Haitham sampai Albert Einstein belum ada yang mampu merumuskan formula hitungnya. Bahkan Adam Smith atau Sigmund Freud dan Ibnu Khaldun pun tidak sanggup menjelaskannya dengan thesis mereka yang terkenal logis-empiris itu. Maka Allah pasti akan selalu menunjukkan kekuasaanNya….
“Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
( At Taghabun : 4)
( At Taghabun : 4)
0 comments:
Post a Comment